bebas yang lahir di lingkungan pondok
pesantren. Mulanya bela diri itu
merupakan sarana latih tanding pencak
silat antarsantri di Pesantren Lirboyo,
Kediri, Jawa Timur. Tapi ia kemudian
berubah menjadi arena pertandingan
bergengsi bagi para pendekar dari
berbagai klub atau perguruan bela diri
di Jawa Timur. Tak ada hadiah dalam
pertarungan itu, yang menang dan
kalah hanya mendapatkan sepiring nasi
gulai kambing seusai pertandingan.