Pada 1950-an Indonesia bereksperimen menerapkan demokrasi parlementerÑlazim disebut demokrasi liberalÑguna membawa negara baru ini keluar dari berbagai masalah. Namun, perdebatan demi perdebatan tak kunjung padam dan tujuh kabinet berganti mengendalikan negeri. Kendati harus diakui bahwa selama periode tersebut Mahkamah Agung punya gigi, jaksa dan hakim bertaji, dan hak asasi manusia dihormati, rongrongan pun muncul. Pada 17 Oktober 1952, dua tank mengarahkan moncongnya ke Istana. Sukarno diminta segera membubarkan parlemen, namun dia menolak karena tak mau dianggap sebagai diktator. Pada akhirnya, 1959, demokrasi parlementer mengembuskan napas terakhirnya. Diangkat dari liputan khusus majalah berita mingguan Tempo, Agustus 2007, Pergulatan Demokrasi Liberal 1950Ð 1959 mengupas hal-ihwal eksperimen Indonesia dalam berdemokrasi pada 1950-an. Buku ini merupakan edisi perdana seri ÒSejarah RepublikÓ, sebuah seri yang mengupas dan membaca ulang awal-awal berdirinya Republik Indonesia.