Tahafut Al-Falasifah: Kerancuan Para Filosof

· Marja
4,5
2 komente
Libër elektronik
308
Faqe
Vlerësimet dhe komentet nuk janë të verifikuara  Mëso më shumë

Rreth këtij libri elektronik

Setelah melihat nadi kebodohan berdenyut dalam diri orang-orang bodoh itu, saya merasa penting untuk menulis buku ini sebagai sanggahan atas para filsuf terdahulu serta eksplorasi atas kerancuan dalam keyakinan berikut inkonsistensi berbagai teori mereka dalam persoalan yang terkait dengan metafisika.

Buku ini juga akan menyingkap relung-relung terdalam dari elemen pemikiran mereka yang dapat mewujudkan suka cita kaum intelektual dan memberikan pelajaran pada para cendikiawan. Yang saya maksud di sini adalah persoalan-persoalan akidah dan pendapat-pendapat yang menjadi medan perdebatan dengan kelompok mayoritas umat Islam.—Imâm al-Ghazzâlî

Inilah Tahafut al-Falasifah karya paling monumental sang Hujjah al-Islâm Imâm al-Ghazzâlî, yang telah menetapkan panggung penyerangan paling sukses terhadap legitimasi dan bahasa pertanyaan logosenterik tentang wujûd (being).

Sampai Ibnu Rusyd (520/1126-595/1198) menulis pembelaan paling brilian terhadap filsafat dalam Tahâfut at-Tahâfut, cengkeraman kutukan Al-Ghazzâlî terhadap filsafat melalui karya ini sangat menggurita.

Akan tetapi, justru berbarengan dengan itu, karya ini telah menjadikan diskursus filsafat di dunia Islam saat itu, bahkan hingga kini, menjadi sehat dan penuh gairah.

Diskursus filsafat Islam khususnya, serta diskursus filsafat di dunia Islam pada umumnya, tidak mungkin melepaskan rujukannya pada salah satu dari dua karya klasik yang telah menjadi cikal bakal perkembangnnya: Hikmah al-Israq karya As-Suhrawardi ‘al-Maqtul’, serta karya yang sekarang ada di tangan Anda, Tahâfut al-Falasifah karya Imâm al-Ghazzâlî.

Vlerësime dhe komente

4,5
2 komente

Rreth autorit

ABU Hâmid al-Ghazzâlî dilahirkan pada pertengahan abad ke-5 H, bertepatan dengan tahun 450 M di Thûs, sebuah kota di Khurâsân. Tidak lama setelah kelahirannya, ayahnya meninggal dunia. Pada masa kecil, Al-Ghazzâlî hidup dalam kemiskinan. Tetapi ia mendapat bimbingan seorang sufi, yang kelak me-masukkannya ke satu sekolah penampungan anak-anak tak mampu.

Di Thûs, Al-Ghazzâlî belajar berbagai ilmu pengetahuan. Setelah itu, ia pergi ke Jurjân, kemudian ke Naisabûr, pada saat Imam Haramain “Cahaya Agama”, Al-Juwainî, menjabat sebagai kepala Madrasah Nizhâmiyyah. Di bawah asuhan Al-Juwainî ini, Al-Ghazzâlî mempelajari ilmu fiqh, ushûl, manthiq, dan kalâm, hingga kematian memisahkan keduanya ketika Al-Juwainî meninggal dunia. Pada tahun 478 H, Al-Ghazzâlî keluar dari Naisabûr menuju ke Mu’askar dan ia menetap di sana sampai diangkat menjadi tenaga pengajar di Madrasah Nizhâmiyyah di Baghdad pada tahun 484 H. Di tempat ini, Al-Ghazzâlî mencapai puncak prestisius dalam karir keilmuannya, sehingga kuliahnya dihadiri oleh tiga ratus ulama terkemuka.

Vlerëso këtë libër elektronik

Na trego se çfarë mendon.

Informacione për leximin

Telefona inteligjentë dhe tabletë
Instalo aplikacionin "Librat e Google Play" për Android dhe iPad/iPhone. Ai sinkronizohet automatikisht me llogarinë tënde dhe të lejon të lexosh online dhe offline kudo që të ndodhesh.
Laptopë dhe kompjuterë
Mund të dëgjosh librat me audio të blerë në Google Play duke përdorur shfletuesin e uebit të kompjuterit.
Lexuesit elektronikë dhe pajisjet e tjera
Për të lexuar në pajisjet me bojë elektronike si p.sh. lexuesit e librave elektronikë Kobo, do të të duhet të shkarkosh një skedar dhe ta transferosh atë te pajisja jote. Ndiq udhëzimet e detajuara në Qendrën e ndihmës për të transferuar skedarët te lexuesit e mbështetur të librave elektronikë.