Mengapa kami memilih Yogyakarta? Yogyakarta adalah kota multi-faiths. Di luar enam agama resmi yang diakui pemerintah (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu), Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 79 kepercayaan. Sebagian besar di antaranya merupakan anutan dari paham Kejawen (www.merahputih.com). Ragam kepercayaan itu berada di Kabupaten Sleman sebanyak 25 macam. Selanjutnya, Kota Yogyakarta dan Kulonprogo masing-masing 17 macam. Berikutnya Kabupaten Bantul sebanyak 15 macam. Kemudian sisanya di Kabupaten Gunung Kidul. Pengikutnya ada yang cuma belasan ada yang sampai ribuan.
Begitupun, Yogyakarta dinobatkan sebagai ‘’Kota Paling Islami’’. Maarif Institute meneliti 29 kota di Indonesia untuk menyusun peringkat kota paling Islami. Penelitian pada 2014 menyebutkan, Kota Yogyakarta, Bandung, dan Denpasar sebagai kota yang paling Islami. Predikat sebagai Kota Paling Islami tentu tidak lepas dari budaya membaca dan menghafal Al-Qur’an warga Yogyakarta. Salah satu agen pembudayaan Qur’an itu adalah Rumah Tahfidz.
Tarmizi, lahir di Jakarta, 1 September 1977 merupakan anak dari Bapak Alm. Salbini dan Ibu Hj. Asiah. Nama Tarmizi menjadi doa kedua orang tua agar dapat mewarisi kecemerlangan nama rujukannya, Imam Tirmidzi, yang lahir pada 209 H di kota Tirmiz (kota kecil di sebelah utara sungai Amuderiya, utara Iran). Sang Imam yang bernama lengkap Al-Hafidz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak As-Sulami at-Tirmidzi, adalah salah seorang ahli hadits kenamaan. Salah satu karyanya, Kitab Al-Jami’, termasuk salah satu “Kutubus Sittah” (Enam Kitab Pokok Bidang Hadits) dan ensiklopedia hadits terkenal. Pun Tarmizi meneruskan harapan kedua orang tuanya kepada putrinya yang pertama bernama Najla Sayyidah Attirmidzi dan putranya Aaisy Genius Shabah Mubarak, buah hati pernikahannya bersama Hj. Maryati, M.Ag.
Tarmizi telah menyelesaikan studi program Doktor Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Muhammadiyah Jakarta (2022), Tarmizi yang hobi membaca dan menulis telah menghasilkan beberapa tulisan.
Tema-tema yang ditulis Tarmizi pun bermacam-macam. Namun, Tarmizi mengaku lebih suka menulis sesuatu berdasarkan apa yang ia lihat dan alami. Misalnya, Belajar dari Ustadz Yusuf Mansur (2014), Cara Gila Berlimpah Rezeki (2013), Hadiah dari Sang Guru (2013), Tafsir Fundraising (2012), Haji dan Umroh Bukan Mimpi (2016), Sejarah Sosial Pendidikan Islam (2017), Goresan Tiga Sahabat (2013), Strategi Fundrising Lembaga Nirlaba: Studi Kasus PPPA Daarul Qur’an (2015). Rumah Tahfizh: Sejarah, Gerakan dan Dinamika Membumikan Tahfizul Qurán dari Yogyakarta (2020), Daqu Method (2020), Perspektif Pendidikan Islam (2021), Daqu Story : Dream, Pray, Action (2022), Manajemen Pendidikan Islam Dalam Kajian Parkatik dan Teori (2023), dan Daqu Method 8 Jilid (2023).
Editor: Maulana Kurnia Putra, Nurbowo
Desain Sampul dan Layout: Sandi Salam
Pengunggah dan pengatur setting-an di Google Play Books adalah Johan Rio Pamungkas dengan akun PT. Juara Raya Pemungkas.