Sebuah pagi musim panas 800 M.
Bentangan langit jernih tanpa kisi-kisi awan. Matahari menyilang polos di atas pegunungan, sungai, lembah dan padang rumput yang tak berujung. Siulan burung skylark, gesek dedaunan, irama aliran sungai dan desiran angin ialah alunan sistematis serupa nyanyian kantata menyambut hadirnya pagi. Sebuah pagi pertama yang mengantar rombongan berkuda memasuki sebuah kawasan luas tidak jauh dari lembah sungai Onon.
Kawasan itu berupa padang rumput yang membentuk laguna. Sebuah padang rumput yang memiliki panjang 1600 kilometer dan lebar 500 kilometer. Sepanjang sisi akhir padang rumput sebelah selatan adalah lorong-lorong perbukitan dan gugusan gunung yang saling berhubungan dan berakhir di pegunungan Khenti yang memiliki puncak Burkhan Khaldun. Sebuah pegunungan yang menjadi titik awal hamparan gurun Gobi.
Sementara sisi akhir padang rumput di sebelah utara adalah barisan pegunungan dan hutan Siberia.
Kawasan padang rumput inipun dikepung tiga aliran sungai. Sungai Onon dari sisi sebelah timur, sungai Kherlen dari sisi sebelah selatan dan sungai Tula dari sebelah barat.
Ketiga aliran sungai ini masing-masing membentuk sebuah lembah. Lembah sungai Onon adalah lembah terbesar di antara ketiganya.
Pagi musim panas itu, rombongan berkuda memutuskan untuk menetap di sekitar lembah Onon. Sebuah kawasan yang area di sekelilingnya masih senyap dan liar. Mereka menyebar mendirikan ger ( tenda besar berbentuk kubah bundar ) di sekitar lembah dan lorong-lorong perbukitan. Mereka adalah para laki-laki, perempuan dan anak-anak. Dan sejak pagi itu, sebuah jejak sejarah telah terawali. Jejak orang-orang Mongol.
Tidak berselang lama, mereka segera menciptakan sebuah sistem tentang letak geografis kawasan mereka. Mereka pun merangkai adat, budaya dan hukum. Dan beberapa puluh tahun kemudian, mereka memulai perkembangan populasi manusia di kawasan itu. Bersama matahari, bulan dan desir angin mereka adalah sebuah ekosistem yang tersebar di sepanjang aliran sungai, lembah dan perbukitan. Liarnya alam Lembah Onon, Lembah Kherlen, gugusan gunung Khenti dan lorong-lorong perbukitan tidak jauh dari gurun Gobi, adalah kantong rahim bagi generasi baru mereka. Genesis baru bangsa Mongol.
Manakala bangsa lain menjalani sejarah masa lalunya dengan desiran heroik dan fragmentasi mengagumkan, terkadang penuh momen kepahlawanan, bangsa Mongol justru mengawali sejarahnya dengan penaklukan terhadap liarnya alam. Lingkungan terendah mereka ialah area yang memiliki ketinggian di atas 1200 meter di atas permukaan laut. Pada siang musim panas, mereka harus bertarung dengan suhu di atas 40 derajat celcius, sedangkan malam harinya mereka harus berjibaku dengan dinginnya suhu di bawah 10 derajat celcius. Bahkan tak jarang suhu udara malam menciptakan lempengan-lempengan air beku. Sementara pada musim dingin, perpaduan suhu udara dan hembusan angin mampu membekukan aliran air sungai hingga beberapa bulan.
Sebuah ke-liaran alam yang membentuk generasi Mongol sebagai generasi padang rumput yang tangguh.
Populasi yang berkembang pesat dan luasnya area mereka, membawa orang Mongol tersekat dalam suku-suku. Dan kemudian, kebutuhan hidup di padang liar, tanpa sadar telah mengantar mereka dalam kancah perang antar suku. Sebuah tradisi yang hadir dan perlahan-lahan menenggelamkan orang Mongol dalam perpecahan. Hingga hadirnya seorang laki-laki bernama Khabul.
Khabul ialah sosok legendaris Mongol yang berhasil menyatukan orang-orang Mongol lalu membentuk sebuah bangsa. Ia adalah kepala suku Borjigin yang berhasil menasbihkan diri sebagai Khan ( raja ) pertama bangsa Mongol. Namun kekuasaannya tidak ditopang dengan menyiapkan generasi penerus. Tatkala ia meninggal, bangsa Mongol kembali beredar dalam atmosfir perang antar suku.
Dan Yesugei ~ laki-laki yang memiliki jalur silsilah dengan Khabul ~ tampil sebagai generasi yang mewarisi karakter sosok sang legendaris : Khabul. Sebagai kepala suku Borjigin, ia telah berpikir jauh ke depan, untuk mengembalikan kejayaan bangsa Mongol, seperti masa lalu. Dari perkawinannya dengan Hoelun, lahirlah seorang anak pertama : Temujin. Seorang bocah yang di masanya nanti ~ di atas Danau Biru ~ ditasbihkan sebagai Khan baru bangsa Mongol dengan gelar : Jenghis Khan.
Jenghis Khan adalah panorama berbeda bangsa Mongol. Ia menyimpan karakter seorang pemburu sekaligus karakter modern. Ia hadir dengan kharisma dan keyakinan bahwa dirinya adalah manusia pilihan yang ditakdirkan untuk lahir, berkuasa, menaklukkan lalu pergi dengan meninggalkan misteri.
Jenghis Khan ialah matahari bangsa Mongol yang menggulirkan revolusi mengubah ger-ger perkemahan di padang rumput dari dinding-dinding kain wol menjadi dinding-dinding berbatu. Ia memadukan ketangguhan karakter berburu bangsa Mongol dengan karakter orang-orang kota. Hingga pasukannya menjadi mesin raksasa yang disegani dan ditakuti. Ia adalah rembulan bangsa Mongol, yang bergerak bersama pasukannya, bukan hanya menaklukkan daratan Cina, namun juga wilayah Asia dalam. Ia menjadi inspirator dan perencana strategi yang belum tertandingi, pada masanya.
Di bawah genggaman Jenghis Khan, bangsa Mongol menjelma menjadi kekuatan serupa gelombang, yang tak sanggup dihadang kekuatan manapun.
Jenghis Khan adalah potret langit, tentang perjalanan anak manusia yang bukan siapa-siapa di hamparan padang rumput, menjadi seorang pemersatu, seorang pemimpin, sekaligus seorang penakluk.