-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
----------
Namaku Krisna, umurku 26 tahun. Kejadian ini kira-kira setahun yang lalu, ketika aku menelepon ternyata salah sambung. Saat itu aku menelepon temanku tapi ternyata di seberang sana tersambung ke salah satu kantor. Sebut saja yang menjawab namanya Mbak Rara, umurnya 33 tahun. Karena suaranya yang bagus, merdu dan agak ngebas, aku mencoba untuk mencari bahan pembicaraan lain supaya jangan diputus, ternyata dia menanggapi. Aku tanyakan dengan agak nekad apakah dia sudah punya pacar, “Belum” dia jawab baru ditinggal pacarnya. Ketika lama bicara akhirnya kami mencatat nomor telepon masing-masing.
Keesokan harinya aku menelpon dia lagi, kali ini pembicaraan ngalor-ngidul, tanpa disadari ketika bicara tentang pengalaman pacaran, dia bilang, “Kalau udah nikah hubungan tidak terlalu intens karena agak bosan..” wah ternyata dia berbohong, akhirnya dia mengaku kalau dia sudah menikah dan punya anak 1 yang berumur 4 tahun.
Akhirnya aku jadi makin berani lalu kutanyakan bagaimana rasanya bulan madu karena aku sama sekali belum pernah merasakan berdekatan dengan wanita (walaupun itu yang namanya ciuman, swear belum pernah). Dia bilang, “Itu sih alamiah..” kali ini dia mulai tidak malu-malu lagi.
Lalu kutanya lagi, “Gaya apa yang biasanya dilakukan.”
Lalu kutanya lagi, “Kalau Mbak senangnya gimana..?
“Aku sih biasanya paling senang di atas.. cepet nyampe..!” balasnya manja.
Masih dipercakapan telepon juga kutanyakan, “Tolong dong Mbak ajarin aku.. Nggak ada bekasnya ini kan.. Mbak ikut KB kan..?”
“Enak aja.. cari aja perempuan yang masih single kemudian nikahi.. bereskan..” balasnya dengan nada sedikit genit.
Wah ternyata Mbak Rara ini jinak-jinak merpati.. aku menjadi semakin tertantang. Lalu kucoba pancing kembali.
“Iyah deh.. enggak usah yang berat-berat.. ciuman ajah..”
Ternyata dia mulai memberi angin dengan memberi jawaban, “Lihat aja belum udah mau cium-cium.. entar kalau udah liat malah lari..?
Aku menimpali kembali, “Siapa yang lari saya atau Mbak..?
Dia jawab, “Udah ketemu aja deh.. di mana..?
Langsung kujawab, “Di KFC aja terus langsung nonton.. filmnya bagus.. The Entrapment? Mbak enggak usah balik ke kantor aja”
Akhirnya di akhir percakapan kami janjian untuk ketemu besok jam 12 siang di KFC.
Esok harinya jam setengah dua belas aku sudah nongkrong di KFC, tepat jam 12 ada seorang wanita setengah baya dengan rambut panjang disemir agak merah, memakai jas dengan dalaman serta celana panjang. Waduh, seksi sekali, tingginya kira-kira 170 cm, berat 65 kg. “Waduh montok cing..” pikiranku langsung tambah ngeres.
Hanya sebentar di KFC kemudian kami meluncur ke 21, kebetulan film baru akan mulai. Kami duduk di tengah pinggir, kebetulan karena hari Senin yang nonton cuma sedikit. Setelah film dimulai, kuberanikan untuk memegang tangannya, ternyata dia diam saja.
Aku berbisik, “Mbak bohong katanya ditelepon bilang sudah nenek-nenek tapi nyatanya masih seperti umur 20 tahun, beruntung yah suami Mbak.”
Lalu aku berbisik lagi, “Mana janjinya Mbak.. katanya boleh cium kalau enggak lari..”
Kemudian dia melihat ke sekeliling, “Malu.. ntar ketahuan orang..”
Saya bilang kembali, “Sepi kok Mbak..!”
Dalam keremangan aku melihat dia merapat-rapatkan kedua bibirnya untuk membersihkan lipstiknya. Aku mulai menempelkan bibirku pada pipinya. Busyet, wangi sekali.
Contents
Mbak Lisa yang Cantik—1
Mbak Rara, Istri Orang yang Lugu—19
Mbak Sus, Oh Mbak Sus—33
Mbak Tatik Atasanku 01—61