Memijat Tubuh Mulus Mbak Evie: Kumpulan Cerita Romantis Dewasa Vol 66

Lovely Story Publisher
3.7
14 reviews
Ebook
107
Pages
Eligible
Ratings and reviews arenā€™t verified Ā Learn More

About this ebook

Dapatkan free ebook sinopsis dan pratinjau judul kami lainnya di:

-> -> bit.ly/andini-citras <- <-

*

Keunggulan Ebook ini:

- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab

- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia

- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar

- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera

- Bisa ganti jenis font

- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam

----------

Akhir 2013 merupakan batas bagiku untuk harus menyelesaikan kuliah pada Fak.Teknik Mesin di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Aku butuh biaya yang tidak sedikit dan umurku telah mencapai hampir 27 tahun. Sehingga hampir segala macam jenis pekerjaan untuk mendapatkan minimal 60% tambahan untuk biaya kuliah, ujian lokal maupun ujian negara kuusahakan semaksimal mungkin karena aku sudah menghentikan pemberian dari orang tuaku, kupikir mereka sudah cukup membiayaiku selama hampir 7 tahun selama aku kuliah. Bekerja part time antara lain aku ikut dalam pembuatan beberapa film Nasional baik di dalam negeri maupun sampai keluar negeri, mengikuti salah satu sutradara yang cukup terkenal, aku sekaligus merangkap sebagai figuran dan kru film itu sendiri.

Selama mengikuti pembuatan beberapa film di Jakarta, aku sempat berkenalan dengan salah satu pemain wanita yang pada saat itu cukup terkenal dan cukup aduhai baik wajah dan bentuk tubuhnya. Umurnya 38 tahun dengan tinggi kira-kira 164 cm serta berat badan ideal bagi wanita seumurnya, rambutnya panjang dikepang satu, pokoknya amat ideal menurut ukuran favoritku. Dia isteri seorang pengusaha dan merupakan adik dari salah satu sutradara terkenal di Jakarta untuk film-film action di saat itu dimana aku ikut bekerja. Oleh karenanya itu Mbak Evie (demikian kami menyapanya) sering menjadi pemeran pembantu dihampir semua produksi film yang kuikuti tersebut. Raut serta kelengkapan wajahnya, kehalusan dan warna kulitnya kalau boleh aku bandingkan dengan bintang sinetron masa kini mirip sekali dengan Raisa Andriana.

Aku sendiri pada saat itu masih muda, wajahku lumayan dengan kumis hitam yang lebat, didukung dengan tinggi badan 173 cm, berat 68 kg, postur tubuhku cukup bagus yang kujaga berkat hasil olahraga keras seperti pencak silat tradisionil selama masa kuliah serta aku mempunyai sikap kebiasaan yang cukup sabar, penuh perhatian terhadap segala sesuatu yang menarik perhatianku juga kepada hal-hal yang baru khususnya dibidang fotografi dan perfilman disertai bicara apa adanya kadang seenaknya tapi tetap menjaga sopan santun khususnya kepada yang lebih tua. Ini menjadi modal utama bagiku yang pada saat itu sehingga aku amat dekat dengan Mas Mahesa Jenar (Sang Sutradara). Kedekatannya denganku membuat para figuran ingin bersahabat denganku terutama wanita-wanita muda yang cantik dan berharap untuk bisa tampil pada setiap adegan dalam setiap film yang dibuat oleh Mas Echa (kru film menyapanya dengan panggilan ini).

Perkenalanku dengan Mbak Evie berlanjut secara tidak sengaja terjadi pada saat aku bersama kru film yang lain sedang mengambil shooting bertempat di lokasi Cibodas dimana aku sudah beranjak naik dari figuran kemudian dipercaya oleh Mas Echa untuk menjadi juru foto atau ā€˜Still Photoā€™ menurut istilah perfilman (aku mempunyai hobby fotografi sampai dengan saat ini) dan akhirnya aku dipercaya sebagai asisten Mas Echa. Bekerja dengan Mas Echa, seorang sutradara yang amat baik tetapi tegas dalam memberikan kesempatan kepada setiap anggota kru film dibawah pimpinannya untuk berkembang sehingga hampir semua pekerjaan yang menyangkut pembuatan film kukuasai (kita bekerja dengan system kekeluargaan yang erat). Secara kebetulan aku juga memiliki sedikit keahlian untuk mengurut/memijat badan/anggota tubuh yang kupelajari seiring dengan kegiatan bela diri tradisionil yang telah kusebut di atas dan akhirnya para kru tahu bahwa mereka punya ā€˜tukang urutā€™ untuk relaks setelah menjalankan kegiatan sehari-hari. Inilah awal aku jadi lebih akrab dengan Mbak Evie yang manis dan menggairahkan dengan umurnya 38 tahun dan sudah mempunyai anak 2 puteri yang cantik-cantik, Cempaka yang sulung kelas 1 SMA dan Melati yang bungsu kelas 2 SMP.

Beberapa kali seperti biasanya apabila setelah kegiatan shooting selesai pada malam hari kami berkumpul bersama sutradara dan beberapa kru film yang telah menjadi akrab seperti saudara sendiri serta juga Mbak Evie berada diantara kami. Dan pada suatu saat kami sedang melakukan shooting film di sebuah villa di Cibodas.

ā€œDhitya, katanya jari-jari kamu pandai melemaskan otot yang kaku, coba sekarang buktikan sama Mbak kalau kamu memang benar-benar ahli.ā€ kata Mbak Evie pada suatu malam disaat ā€˜breakā€™ sehabis shooting kami berkumpul di villa Cibodas di ruang tengah yang mana hadir juga beberapa kru dan Mbak Ranti yang merupakan isteri Mas Echa, orangnya lembut dan amat baik hati, seperti biasanya sebagian kru termasuk aku duduk di lantai yang dilapisi karpet tebal.

ā€œIya Dhit, aku juga mau diurut badanku terutama bagian belakang dan pinggangku rasanya pegal sekali, aku sudah hampir 2 malam berturut-turut tidurku nggak nyenyak,ā€ sambung Mas Echa yang langsung rebah telungkup di bawah dekat aku duduk bersimpuh.

ā€œMas, kasihan Dhitya dong, jangan lama-lama yaa. Dia kan perlu istirahat juga.ā€ Mbak Ranti langsung memotong kata-kata suaminya, aku tersenyum dan maklum bahwa Mbak Ranti sangat sayang kepadaku dan dia menganggapku sebagai adiknya sendiri karena aku sudah agak lama mengikuti kru film Mas Echa dan selalu membantu apa yang diperintah mereka berdua diluar kerja film, bahkan beberapa kali Mbak Ranti memberiku uang untuk tambahan biaya kuliah dan ujian, pernah juga dia menemuiku tertidur di atas meja di kamar editing film Mas Echa, di rumahnya karena saking lelahnya bekerja, dia mengambil selimut dan menutupi tubuhku agar tidak kedinginan karena editing room harus selalu dalam keadaan sejuk dengan suhu maksimal 15 derajat Celsius.

Kembali pada keadaan di villa Cibodas malam itu, Mas Echa seperti tidak peduli dengan ucapan isterinya tadi seperti yang kuceritakan di atas, dia dengan wajah yang gagah, kelaki-lakian atau HE-MAN menurut istilah perfilman serta tubuhnya tinggi besar sudah tegeletak telungkup di hadapanku dengan dada telanjang. Aku pun langsung action mengurut Mas Echa sambil melirik dan berkata kepada Mbak Evie, ā€œSebentar yaa Mbak, aku selesaikan Mas Echa setelah itu aku akan mengurut Mbak.ā€

ā€œBenar lho, kamu mau mengurutku, awas kalau kamu bohong,ā€ jawabnya dengan senyum yang manis dan rasanya ada sesuatu luar biasa.

Seperti biasanya Mas Echa kalau sudah kena tanganku mengurutnya dalam tempo 15 menit langsung terdengar dengkurnya yang khas, kulihat Mbak Ranti yang masih asyik mengobrol dengan Mbak Evie menggeleng-gelengkan kepalanya dan bangkit dari kursi lalu meninggalkan kami menuju kamar tidur sambil berkata, ā€œVie, aku tidur duluan ya, Mas-mu itu kalau sudah diurut lupa sama semuanya, dan ini selimutnya ya Dhit, untuk kamu sama Mas Echa.ā€

Memang salah satu kebiasaanku dan Mas Echa kalau shooting di luar kota terutama di daerah pegunungan kami selalu tidur di ruang tengah villa, jadi selimut selalu disiapkan oleh Mbak Ranti.

Sementara teman-teman yang lain satu persatu meninggalkan ruang tengah untuk langsung istirahat tidur karena biasanya pagi-pagi sebelum matahari terbit kegiatan shooting sudah mulai kembali.Tinggal kami bertiga, Mas Echa yang sudah tertidur dengan dengkurnya yang khas, Mbak Evie yang dengan penuh perhatian memandang ke arah tanganku yang bergerak dengan pasti dan lentur mengurut punggung serta pinggang Mas Echa dan aku sendiri ā€˜si tukang urutā€™.

Kutengok ke arah Mbak Evie yang sedang melamun. Aduh mak! manisnya ini wanita dengan dadanya yang montok, padahal anaknya sudah 2 dan tubuhnya masih padat dan montok itu.

Sudah 20 menit aku mengurut Mas Echa dan kelihatannya dia sudah terbang ke alam mimpi.

ā€œBagaimana Mbak Evie, jadi nggak dikerjain badannya?ā€ sapaku enteng acuh tak acuh sambil tersenyum.

ā€œJadi dong, memangnya aku mau nungguin kamu dengan percuma tanpa hasil?ā€ jawabnya tertawa halus dan renyah terdengar olehku.

ā€œTapi aku nggak mau di sini, ayo kita ke kamarku,ā€ katanya lagi setengah berbisik, aku terkejut dan jadi bertanya-tanya dalam hati, dia ini serius ya?

ā€œMbak, nggak enak dong sama Mas Echa dan Mbak Ranti nantinya kalau mereka tahu kita berdua di dalam kamar aku mengurut Mbak,ā€ jawabku pelan dan agak ragu.

ā€œAlaahh, nggak pa-pa kok, mereka kan sudah pada tidur, ayo cepetan aku juga sudah mulai ngantuk nih.ā€ tukasnya dengan kerlingan mata yang penuh arti.

Nah lho, aku berpikir sejenak, ini adalah kesempatanku berdua dengan Mbak Evie yang dari sejak pertemuan pertama aku sudah membayangkan bagaimana bentuk tubuhnya yang indah kalau tanpa sehelai benang melekat di tubuhnya, tapi aku masih ragu-ragu soalnya dia kan adiknya Mas Echa dan sementara itu banyak orang di sekitar kami meskipun semua sudah pada tidur di kamarnya masing-masing. Kuselimuti Mas Echa yang sudah mendengkur seperti suara gergaji pemotong balok kayu itu. Kulihat Mbak Evie sudah naik dan masuk ke kamarnya yang terletak di bagian atas villa yang disewa itu dan perlahan-lahan aku mengikuti dari belakang.

ā€œSebentar ya Dhit aku ganti baju,ā€ katanya, dia masuk ke kamar mandi, beberapa saat kemudian dia keluar mengenakan celana olahraga yang amat pendek sehingga pahanya yang putih mulus terlihat dengan indah dan dia mengenakan kaos T-Shirt yang membuatku tertegun sejenak menelan ludah karena buah dadanya yang ternyata besar dan masih mencuat padat, terlihat membekas pada T-Shirt tersebut karena dia tidak memakai BH. Aku pura-pura tidak memperhatikannya.

ā€œTerus posisi tidurku harus bagaimana Dhit?ā€ tanyanya terlihat seolah-olah masa bodoh dengan penampilannya yang menggairahkan itu.

ā€œYa terserah Mbak, mungkin sebaiknya tengkurap dahulu supaya saya bisa mulai mengurut dari kaki Mbak.ā€ jawabku agak bingung menghadapi tubuh indah dan menggemaskan itu....

Contents

Memijat Tubuh Mulus Mbak Evieā€”5

Bercinta dengan Mbak Evieā€”29

Bu Melly, Bos ku yang Cantikā€”53

Cinta Semalamā€”75

Ratings and reviews

3.7
14 reviews
nur ali
July 13, 2020
N šŸ˜˜
Did you find this helpful?

Rate this ebook

Tell us what you think.

Reading information

Smartphones and tablets
Install the Google Play Books app for Android and iPad/iPhone. It syncs automatically with your account and allows you to read online or offline wherever you are.
Laptops and computers
You can listen to audiobooks purchased on Google Play using your computer's web browser.
eReaders and other devices
To read on e-ink devices like Kobo eReaders, you'll need to download a file and transfer it to your device. Follow the detailed Help Center instructions to transfer the files to supported eReaders.