-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
----------
Contents
Dewi Korban Fetisisme—1
*
Sinopsis
Mengisahkan kehidupan Heru yang sangat terobsesi dengan Dewi. Kegandrungan atas istri temannya itu membawa Heru memberanikan diri kerumah Dewi hanya sekadar menghirup wangi pakaian dalam bekas dipakai wanita idamannya itu. Meski Dewi tahu akan kelakuan Heru, ia diam saja dan nampaknya menikmati keadaan ini. Kini ia mencari waktu yang tepat untuk bisa memergoki dan membicarakan berdua di dalam kamar
*
Pratinjau
Namaku Heru, Aku seorang mahasiswa semester 3 di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Bandung. Sudah 2 tahun belakangan ini aku kos di sebuah rumah dekat kampus. Di tempat kosku dengan puluhan kamar dan bercampur pria dan wanita membuatku sangat betah tinggal di tempat ini. Apalagi aku cukup akrab dengan teman-teman wanita di kos, jadi mereka tidak pernah menaruh curiga terhadap kelakuanku yang aneh di belakang mereka. Setidaknya begitulah yang aku harapkan.
Tetapi bukan kisah di kosku yang akan aku ceritakan, karena kisah ini terjadi di rumah Mbak Dewi. Aku memanggilnya Mbak karena dia istri Mas Andi tetanggaku di kotaku, dan aku cukup akrab dengan Mas Andi. Ia sering memanggilku untuk datang ke rumahnya, kalau ada hal-hal yang memerlukan bantuanku, membetulkan genteng, memindahkan lemari dan hal-hal semacam itu. Mereka cukup baik kepadaku. Hanya mereka belum dikaruniai momongan. Dari yang kutahu dari Mas Andi adalah mereka memang sengaja belum mempunyai anak karena mereka sama-sama sibuk, Mas Andi bekerja di salah satu konsultan engineering dan setahun belakangan ini ditempatkan di luar pulau, membuat dia jarang pulang ke rumah, sementara Mbak Dewi sebagai akuntan di salah satu garmen membuatnya selalu sibuk.
Kehidupan mereka cukup mapan. Di rumah mereka di salah satu komplek cukup terkenal hanya ditemani seorang pembantu, Bik Lastri. Karena alasan inilah Mas Andi jadi sering menyuruhku main ke rumahnya disaat dia sedang berada di luar kota, kadang Mbak Dewi sendiri yang telepon aku minta kerumah untuk memperbaiki komputer, nunggu rumah dan lain-lain. Seperti saat itu, hari Jumat, aku lagi malas-malasan dikamar kos ketika Mbak Dewi telepon dari kantornya, katanya komputernya rusak dan meminta aku ke rumahnya. Dengan senang hati aku berangkat ke rumahnya dan mendapati Lastri sedang bersih-bersih halaman. Setelah basa-basi sedikit dengan Lastri aku langsung masuk dan menuju kamar Mbak Dewi.
Harum kamar Mbak Dewi menyambutku di kamarnya, wow.. benar-benar terasa lembut di penciumanku. Aku memperhatikan isi kamarnya, ditata sangat rapi, tidak ada barang-barang yang berantakan, semua berada pada tempatnya. Sambil menunggu komputernya nyala aku menuju kamar mandi dikamarnya, ini adalah hal yang selalu aku lakukan setiap kali ke rumahnya. Biasanya kalau ada Mbak Dewi atau Mas Andi aku pura-pura ingin kencing atau cuci muka agar bisa masuk kamar mandi. Dan kalau aku beruntung aku akan menemukan tumpukan pakaian kotor dalam keranjang di kamar mandi yang belum sempat diberesi Lastri. Tampaknya hari ini aku tidak beruntung karena ketika aku buka pintu dan mataku menuju keranjang ternyata kosong, mungkin sudah diambil sama pembantunya.
Hampir aku menutup kembali pintu dan meneruskan pekerjaanku ketika secara tidak sengaja saat aku buka pintu dari atas gantungan di belakang pintu jatuh sebuah daster biru muda. Wow.. Aku bersorak dalam hati, ternyata aku masih beruntung hari ini, aku memungut daster yang jatuh dari lantai. Jantungku langsung berdetak kencang saat aku memegangnya dan mendekatkan ke hidungku, ugh.. aku menciumnya, aromanya benar-benar khas. Aku tidak akan pernah lupa aroma itu. Bahan daster yang lembut aku tempelkan ke wajahku. Ah.. aku benar-benar menikmatinya.
Hal ini benar-benar membuat gairahku memuncak. Dan alangkah senang hatiku ketika mengetahui bahwa di gantungan itu bukan hanya daster tapi sepasang bra dan CD. Dengan pura-pura jongkok dikamar mandi, aku menyimpan kembali daster itu di gantungan dan aku ambil CD warna merah berenda dari gantungan.