-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
----------
Sinopsis
Semua terjadi begitu saja, awal perkenalan yang berlanjut dengan bercinta diatas ranjang, Namun hati Lia yang sudah tidak percaya dengan cinta, sungguh sangat tidak berharap Andre kenalannya itu mengutarakan cinta kepadanya, pasalnya ia masih ingin berpetualang dengan pria-pria lainnya tanpa harus terikat dengan yang namanya cinta
***
Pratinjau
Pagi itu sangat dingin, tapi aku memaksakan diri untuk membuka mataku walaupun sebenarnya ingin tinggal di tempat tidur di bawah selimut yang tebal.
“Aku harus bangun!” hanya itu yang berada di pikiranku sekarang,
Sehingga akupun bangkit berdiri menuju ke kamar mandi. Keadaan memang cepat berubah, sebulan yang lalu aku masih tinggal bersama mama dan papa tiriku, sekarang aku tinggal seorang diri. Dan secara otomatis aku harus mencari biaya hidup sendiri, karena aku tidak mau membebani mama dengan biaya hidupku. Untung aku cepat mendapat pekerjaan yang layak, yang mampu menghidupiku di kota yang cukup mahal ini. Sebuah perusahaan webdesign membutuhkanku sebagai assisten dalam bidang keuangan dan pemasaran.
Hujan rintik-rintik menemaniku memasuki fairground CeBIT, salah satu pameran komputer terbesar di dunia yang berlangsung di Hannover. Perusahaan di mana aku bekerja menjadi salah satu pemilik stand di pameran ini. Untuk sementara aku tinggal di sebuah hotel yang lumayan besar di hannover zentrum.
Setelah aku memarkir mobilku dan mulai melangkah ke pintu masuk, aku mendengar suara yang tidak asing. Yah, beberapa orang bertampang Asia sedang berbicara Indonesia. Tidak aku sangka bahwa aku bakal bertemu orang Indonesia di pameran ini, dan hal itu terjadi di hari pertama. Sekilas aku mendengar bahwa mereka sedang membicarakan aku. Seorang yang berdasi biru berkata ke temannya, “wah yang ini pasti blasteran”. Dan mereka pun hanya bisa menebak-nebak sambil berbisik. Aku hanya tersenyum, sampai di depan pintu masuk salah satu dari mereka membiarkan aku masuk terlebih dahulu dan secara spontan aku mengucapkan terima kasih dalam bahasa Indonesia. Lama dia terdiam, sampai dia akhirnya mengejarku sambil meminta maaf, dan bermaksud meminta nomor teleponku. Dengan tertawa aku berkata bahwa aku tidak marah, karena tidak ada alasan untuk itu. Tetapi aku tidak memberikan langsung nomor teleponku, aku hanya memberitahu bahwa aku bekerja di salah satu stand di salah satu hall. Hanya sampai di situ pertemuanku dengannya karena aku harus cepat menuju standku.
Kesibukan CeBIT yang luar biasa membuatku melupakannya, hingga tiba saat makan siang ketika pintu kantorku diketuk oleh seorang hostes yang bekerja di stand kami yang mengatakan bahwa ada seorang pria yang hendak bertemu denganku. Dengan sedikit heran aku mempersilakan masuk dan ternyata pria Indonesia tadi pagi. Dia mengulurkan tangan kanannya sambil berkata,
“Andre”
Dan saya pun menjawab,
“Lia.”