-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
----------
Contents
Menikmati Belaian Tangan Nakal—1
*
Sinopsis
Natalie, merasa kesal dengan Asep yang duduk disebelahnya dalam perjalanan menuju Alas Purwo. Pasalnya, ketika tengah malam pria 29 tahun ini tangannya mulai merambah ke paha wanita berparas manis ini. Segala upaya sudah dilakukan Natalie supaya jemari Asep menghentikan kegiatan bergerilya di area terlarang itu. Namun upaya itu sia-sia, karena diam-diam wanita berusia 28 tahun ini merasa gairahnya mulai terbakar. Ia baru sadar sudah hampir 3 bulan ia tidak bertemu dengan Andika, teman pemuas kebutuhan biologisnya.
Antara gengsi dan butuh, namun ia pikir kenapa harus gengsi? Toh Andika statusnya juga bukan pacar.
Apakah Natalie akan memilih gengsi dan pergi atau malah memberi akses yang lebih luas ke tangannya Asep?
*
Pratinjau
Kisahku kali ini kumulai dengan adanya acara trip ke hutan lindung Alas Purwo, Banyuwangi. KBS bekerja sama dengan Taman Safari Indonesia (TSI) II Prigen, Pasuruan mengadakan peninjauan ke habitat asli banteng (Bos Javanicus). banteng yang dimaksud adalah banteng ‘pantat putih’, jadi banteng sungguhan dan bukannya banteng ‘moncong putih’ yang merupakan lambang salah satu partai politik di tanah air.
Hampir semua kepala seksi bidang konservasi ikut trip ini, demikian pula dengan dokter hewannya. Walau masih muda dan junior, aku termasuk dalam rombongan dokter hewan yang ikut trip ini.
Pada hari yang telah ditentukan, kami berangkat dari KBS menuju TSI II menggunakan mobil inventaris KBS. Seharian kami mengikuti lokakarya di Prigen, Pasuruan. Baru pada malam harinya seluruh peserta bergabung menuju hutan lindung Alas Purwo di Banyuwangi, yang konon tempatnya terkenal angker, ini menurut cerita yang kudapat dari teman-teman yang lebih berpengalaman dariku.
Peserta yang ikut bukan hanya dari TSI dan KBS saja, di antaranya ada juga para pengamat satwa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), wartawan media cetak maupun elektronik, bahkan juga beberapa orang pencinta satwa. Kami disediakan bus wisata milik TSI, namun ada juga beberapa wartawan maupun pencinta satwa yang membawa mobil sendiri, mungkin mereka ingin lebih bebas atau mungkin juga pulangnya nanti mereka tidak mau ikut rombongan.
Terasa sekali rasa kebersamaan kami saat itu. Dapat dibayangkan bagaimana serunya perjalanan kami, karena berkumpulnya wartawan maupun reporter TV yang ikut dari berbagai media di tanah air. Mereka datang dari berbagai daerah dan dari berbagai instansi media.
Kami duduk membaur dalam bus yang direncanakan akan tiba di hutan lindung Alas Purwo tepat pada dini hari saat matahari mulai terbit. Pada saat-saat itu biasanya para kawanan banteng mulai muncul untuk mencari makan rumput segar. Malam harinya banteng-banteng ini masuk ke dalam hutan dan pada pagi dan sore hari mereka biasa keluar merumput di padang sabana.
Pada malam harinya rombongan berangkat pukul 20.00 dari TSI. Kami beriring-iringan entah berapa mobil, tapi yang jelas busnya ada dua. Aku duduk di bus kedua di bangku agak paling belakang. Di sampingku duduk seorang wartawan dari Bandung, bernama Asep yang berusia 29 tahun, berarti setahun lebih muda dari aku.
Bangku panjang paling belakang di bus yang kutumpangi tidak ada penumpangnya karena dipakai untuk tempat tas, ransel dan peralatan kamera para wartawan foto. Jadi praktis posisi dudukku yang bersebelahan sebangku dengan Asep berada di deretan paling belakang.
Asep sejak awal sepertinya sudah menaruh perhatian padaku. Dapat kurasakan kalau dia memang sedang PDKT (pendekatan). Wajahnya lumayan dan masih bujangan. Awalnya aku memang cuek saja padanya, namun lama kelamaan timbul juga rasa simpatiku terhadap Asep.
Penampilanku malam itu mungkin juga membuat Asep lebih antusias untuk mendekatiku karena aku memakai celana pendek yang masuk kategori super mini sekali. Lipatan bawahnya sangat tinggi sehingga lekuk antara bongkahan pantat dan pahaku dapat terlihat dengan sangat jelas.