-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
----------
Contents
Menikmati Rini Sebagai Budak Nafsuku—1
*
Sinopsis
Berawal dari percakapan iseng Rendi dengan Rini di sebuah forum Internet lalu perlahan beranjak serius. Dalam percakapan iseng itu terungkap bahwa wanita 20 tahun ini sangat menikmati permainan BDSM yang dulu kerap ia lakukan dengan mantan pacar dan beberapa teman. Karena sering melakukan sadomasokis maka tak aneh bila wanita cantik berkulit putih mulus layaknya keturunan Chinese ini memiliki peralatan penyiksaan yang lengkap dan meminta Rendi untuk menjadikan tubuh indahnya sebagai budakku.
*
Pratinjau
Berawal dari email lalu WA, aku berkenalan dengan Mini, panggilanku pada Dominique. Kami sepakat untuk saling bertemu di sebuah kafe, daerah atas kota Bandung. Dari penampilan awalnya aku cukup tertarik, meskipun bodinya tergolong biasa-biasa saja tapi wajahnya yang sangat cute membuatku terdiam untuk sesaat. Perawakan Mini kurang lebih tinggi 165 cm, 50 kg dengan kulit putih, rambut hitam lurus sebahu, sama-sama keturunan cina sepertiku juga dan berumur 20 tahun merupakan mahasiswa di sebuah universitas swasta di Bandung, ukuran payudaranya 34B dibalut dengan kaos ketat sungguh ideal.
Kami pun mulai mengobrol panjang di kafe tersebut dan pendek kata kami pun mulai serius tentang hubungan kami yang mungkin lain dari biasanya, yaitu kegiatan BDSM. Kuketahui juga Mini sudah tidak perawan karena pernah ML dengan cowoknya yang sekarang tidak tahu ada dimana. Mini terlihat sedikit nakal dan sesuai harapanku yang sedang mendalami bidang ini. Mini menganjurkan di tempat kosnya, karena katanya dalam 2-3 hari ke depan tidak ada orang lain karena pada mudik liburan. Aku pun setuju dan berjanji besok aku akan langsung datang ke tempat kosnya.
Hari yang telah ditentukan telah datang, aku pergi menuju 7-11, swalayan dekat kampusku, di sana aku membeli beberapa gulung tali pramuka, jepitan jemuran 1 pak, lilin merah besar yang biasa ada di kuil-kuil 2 buah, dan beberapa minuman. Siaplah aku menuju cafe yang telah ditentukan, aku dengan perlengkapan aku di tas sudah lengkap plus belanjaan tadi.
Meluncurlah aku dengan menggunakan motor bebekku ke tempat kos Mini. Aku mulai memperlahan laju motorku dan melihat alamat yang tertera di HPku, setelah beberapa lama kutemukan sebuah rumah tinggal yang dijadikan tempat kos.
“Biasa saja, lebih bagus kos gue”, pikirku.
Aku langsung menelepon Mini agar keluar dari tempat kosnya.
“It’s show time” dalam benakku.
Lalu aku melihat Mini keluar dengan pakaian senam yang masih basah keringat hingga membuatnya makin aduhai.
“Sori gue baru beres joging nih, masuk.., masuk”, kata Mini sambil membukakan gerbang.
Akupun mulai masuk dan celengak-celinguk melihat kos-an yang berisi 4 kamar layaknya rumah tinggal biasa.
“Beneran kaga ada sapa-sapa neh?”, tanyaku. “Kaga ada, pembokat dah pulang dari tadi, now cuma ada lo ama gue, kapan neh mulainya?”, Jawab Mini.
Aku langsung mengeluarkan tasku dan Mini langsung ikut melihat barang yang kubawa.
“Hehe.. kok gituan aja seh, disini juga ada kaga usah repot-repot”, kata Mini sambil mengeluarkan kotak di kamarnya. “Pake semua yang lu mau ke gue” jawabnya sambil memberikan kotak tersebut padaku. “Wahh.., gila lo dapat dari mana semua alat ini?”, tanyaku karena baru kali ini aku melihat alat-alat penyiksaan yang biasanya hanya aku liat di internet.
“Jangan rewel, cepetan donk gue dah ga sabar lu bisa apa aja”, jawabnya.
Tanpa menjawab karena aku masih keasyikan melihat “barang-barang” yang sebagian masih tidak kuketahui fungsinya.
“OK., siplah ayo kita mulai”, jawabku.
Permainan dimulai, Mini hanya duduk melihatku meninjau tempat yang ingin aku gunakan.
“Sini lo, gue dapat tempat yang enak buat nyiksa lo”, kataku sambil tersenyum melihat lapangan basket dengan 1 tiang dengan luas 4x5 meter di ruangan tertutup belakang kos.