-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
----------
Daftar Isi
Nafsu Liar Ratna, Bawahanku—1
*
Sinopsis
Meski sudah berumah tangga dan mempunyai anak, Ratna tidak menolak diperlakukan mesra oleh Eko atasannya. Perlakuan mesra ini tidak hanya sebatas kata-kata, tapi juga tangan pria kepala divisi itu yang pada awalnya sebatas peluk dan pegang tangan, kini jari jemarinya mulai berani nakal menjelajah daerah dada dan pangkal paha. Keberanian tangan lelaki berusia 37 tahun itu tentunya tidak akan terjadi kalau Ratna tegas berani menepisnya. Namun alih-alih menolak, wanita berbadan montok dan payudara besar itu malah menikmati dan memberi akses yang untuk pergerakan tangan atasannya.
Perbuatan Eko yang bermula hanya sebatas usil dan iseng, nampaknya berbuntut panjang, karena Ratna ingin “dinakali” lebih lanjut. Sadar akan perbuatannya itu, ayah dari 2 orang anak ini ingin sekali mengakhiri kisah asmara dengan bawahannya, namun tidak demikian halnya dengan Ratna, ia tampak telah dibutakan oleh nafsu liarnya.
*
Pratinjau
Sore itu teman-teman kantor yang lain sudah pulang. Aku pun sedang mempersiapkan diri untuk pulang juga ketika terdengar ketukan di pintu ruanganku dan kemudian disusul munculnya raut wajah cantik begitu pintu dibuka dari luar.
“Halo sayang” sapanya hangat dan mesra. “Belum pulang?” lanjutnya sambil melangkah masuk dan berdiri persis di samping tempatku duduk di belakang meja kerja.
“Sebentar lagi. Ini lagi beres-beres” jawabku balas tersenyum.
Terus terang kehadiran Ratna, salah seorang staf di divisi yang kupimpin, sering membuatku gelisah, khawatir sekaligus bahagia. Mengapa tidak? Ia seorang wanita berparas cantik. Tubuhnya langsing namun padat berisi. Masih cukup muda, berusia antara 25-30 tahun. Ia mengingatkanku pada seorang bintang sinetron cantik jelita dan seksi. Selain itu, ia orangnya ramah, baik hati dan menyenangkan siapa saja yang diajaknya bicara. Selain itu, ia sangat perhatian sekali padaku bahkan cenderung terlalu mesra. Kesannya, hubungan kami tidak seperti bos dan anak buahnya. Kami sering bercanda penuh kemesraan, tentunya pada saat tidak ada karyawan lain di antara kami. Bila di tengah karyawan lain, kami nampak seperti bos dan anak buah layaknya.
Hubungan kami hari demi hari semakin bertambah mesra. Yang pada awalnya hanya saling lirik dan senyum, kini sudah mulai meningkat menjadi saling remas walaupun hanya sebatas meremas tangan. Namun itu sudah menunjukkan bahwa dirinya menyukaiku. Rasa rindu untuk cepat bertemu mulai mengganggu pikiranku, demikian pula dengan dirinya. “Ih, pengen cepat-cepat ke kantor deh rasanya” demikian kata Ratna suatu ketika saat pertama kali aku mencoba memberanikan diri untuk mengecup pipinya, saking tak tahannya manakala kami tengah berduaan. Itu pun mencuri-curi, takut ada karyawan lain yang melihat
Ia hanya tersenyum jengah saat itu. Wajahnya menunduk malu sambil melirik mesra ke arahku. Kalau saja saat itu ruangan kosong, mungkin aku sudah mengecup bibirnya. Aku yakin ia pun mengharapkan hal yang sama. Namun kemesraan kami tampak akan menghadapi permasalahan besar dan tak mungkin meningkat lebih intim lagi, atau bahkan tidak dapat berlanjut sama sekali. Pasalnya, aku sudah berkeluarga, memiliki anak-istri. Demikian pula dengan dirinya yang berstatus menikah, tidak jauh berbeda denganku. Hanya saja ia belum memiliki anak. Kami sadar dengan keadaan ini, namun kelihatannya seperti tidak peduli. Inilah yang membuatku gelisah, serba susah. Aku tidak mau kehilangannya. Celaka, jangan-jangan aku sudah jatuh cinta padanya. Ini tidak benar Jerit hatiku meski tidak yakin apakah itu benar-benar suara hatiku yang sebenarnya?
Kembali sore itu ia hadir dengan gayanya yang akan membuat lelaki mana pun merasa sulit untuk menolaknya.
“Kok malah bengong? Enggak suka ya, Nana kemari?” katanya dengan menyebutkan nama panggilan mesranya.
Ucapan yang meluncur dari bibirnya yang menggemaskan itu, terdengar begitu menyejukkan hatiku. Mana mungkin aku bisa melupakannya? Siapa pula yang bisa menahan diri saat wanita cantik, bertubuh sintal yang menyebarkan aroma penuh dengan rangsangan berdiri begitu dekat dengannya? Bahkan saking dekatnya aku dapat merasakan kakinya bersentuhan dengan pahaku. Dari kursi tempat dudukku, aku menengadah menatap wajahnya. Ia pun tengah melirik ke arahku. Mata kami bertemu. Saling pandang penuh arti. Kulihat matanya berbinar-binar, menyembunyikan perasaan yang begitu mendalam. Hangat dan mesra sekali pancaran tatapan matanya. Penuh gairah. Aku bukan malaikat. Aku hanya seorang lelaki biasa, yang masih penuh dengan gelora jiwa mudaku. Usiaku masih di bawah 40 tahun. Usia yang sedang matang-matangnya dan penuh dengan gejolak gairah lelaki.
“Bukan begitu, sayang. Siapa sih yang tak mau berdekatan sama wanita secantik kamu?” jawabku seraya meraih tangannya ke dalam genggamanku. Kuremas perlahan dengan penuh kelembutan.
“Tuh kan? Mulai deh rayuan gombalnya” ujarnya seraya makin memepetkan dirinya ke tempat dudukku. Kurasakan pahanya bergeseran dengan pangkal lenganku.
Meski masih terhalang kain roknya, aku dapat merasakan kehangatan dan kelembutan kulit pahanya. Perasaan itu menjalar ke sekujur tubuhku