Diantara pengasong paham SEPILIS itu tersebutlah nama Jaringan Islam Liberal (JIL), sebuah komunitas yang digawangi oleh anak-anak muda dari berbagai kalangan, dengan tujuan melawan segala bentuk fundamentalisme dan radikalisme agama, dengan melemparkan wacana-wacana sesat dan menyimpang dari keyakinan mainstream umat Islam. Mereka berusaha mendekonstruksi syariat, bahkan dengan cara-cara yang sangat ekstrim. Misalnya dengan mengatakan bahwa Islam adalah agama opolosan, finalitas kenabian Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam perlu ditinjau ulang, Al-Qur'an adalah produk budaya, dan lain sebagainya yang sangat menyimpang jauh dari keyakinan Ahlu Sunnah wal Jamaah.
Umat Islam menyebut kelompok ini sebagai "Kelompok Liberal", bukan "Islam Liberal". Karena, Islam bukan liberal, dan liberal bukan Islam. Islam tak butuh embel-embel, tak butuh kata sandingan yang bisa mereduksi ketinggian nama dan kehormatannya sebagai ad-din yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Islam itu tinggi, dan tak ada yang mampu melebihi ketinggian ajaran-ajarannya. Mereka yang silau dengan peradaban barat dan ideologi buatan manusia, akan menganggap bahwa Islam itu kurang sempurna, sehingga perlu ditambah, dikurangi, bahkan kalau perlu dipermak sesuai selera hawa nafsunya.
Gagasan mengenai Indonesia Tanpa Liberal adalah sah-sah saja, selama ide itu didasari pada dalil yang kokoh, pada studi dampak dan pengaruhnya pada masyarakat. Sebagaimana negara ini bisa melarang komunisme, maka liberalisme pun bisa dilarang jika ada political will pemerintah. Tinggal bagaimana umat Islam bisa melakukan pressure terhadap pemerintah dan menyadarkan masyarakat akan bahaya ideologi "Sepilis Global" yang diimpor dari barat, kemudian dipasarkan oleh para pengasongnya di negeri ini.
Buku ini mengulas sepak terjang kelompok liberal, latar belakang berdiri dan background para aktivisnya, serta sejarah panjang kampanye pluralisme agama di Nusantara yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu, terutama sejak orang-orang Eropa datang ke negeri bersamaan dengan kolonialisme, yang kemudian memasarkan paham humanisme. Kalau dulu orang lebih mengenal istilah sinkretisme keyakinan, sekarang dikenal dengan sebutan pluralisme agama. Dua organisasi besar yang datang seiring dengan masuknya penjajahan ke negeri ini, seperti Freemason dan Theosofi, juga mengusung pluralisme agama dan kesatuan mengenai Tuhan (unity of God). Semua agama sama benar, meskipun pada praktek ibadahnya berbeda. Semua agama pada hakekatnya menyembah Tuhan yang sama, meskipun berlainan nama. Itulah keyakinan sesat yang mereka kampanyekan pada masa lalu, lewat Freemason dan Theosofi.
Buku ini dikemas dengan bahasa yang mengalir, cair, dan mudah dipahami. Tujuannya agar pesan yang disampaikan bisa menjangkau khalayak yang lebih banyak, tidak terbatas pada mereka yang khawwas secara intelektual. Namun begitu, fakta dan data, dalil-dalil dan argumentasi yang ditulis dalam buku ini dapat dipertanggungajawabkan validitasnya, insya Allah.
Pustaka Al-Kautsar sebagai penerbit buku Islam utama menghadirkan buku ini ke hadapan pembaca sekalian, sebagai upaya membentengi akidah umat Islam, dan mengetahui bagaimana sepak terjang musuh-musuh Allah. Semoga buku ini bisa bermanfaat dalam upaya membendung arus liberalisme di negeri ini. Selamat membaca!
- Pustaka Al-Kautsar Publisher -
Dilarang keras mem-PDF-kan, mendownload, dan memfotokopi buku-buku Pustaka Al-Kautsar. Pustaka Al-Kautsar tidak pernah memberikan file buku kami secara gratis selain dari yang sudah tersedia di Google Play Book. Segala macam tindakan pembajakan dan mendownload PDF tersebut ada ilegal dan haram.