Ketika bangun pagi sekali, pada suatu hari, aku takjub ilalang
tumbuh sepanjang betisku. Tubuhku kecut dan pasi,
hujan menyiram rambutku semalaman; seseorang bermuka
pucat bermahkota cahaya ke dalam cawan menuangkan cairan
merah bagai anggur, seperti darah: "Untuk kesehatan kita." Kami
pun bersulang, aku bersulang, dengan murung. Tapi demi Tuhan,
demi dia, wajahnya jelita dan jenaka. Aku teringat ibu,
lalu kutanyakan padanya telah ia lihatkah pohon di sorga
muasal semua penderitaan manusia. Namun ibu tersayang terlalu
jauh dan seruanku begitu rendah. Angin keras dan riuh,
tersesat aku di entah. Andaikan firdaus, seandainya inferno,
dapat diukur dengan kilo jaraknya dan jarum jam
berputar sebaliknya. Barangkali aku menangis, ya, sendirian,
bermalam-malam. Keningku rekat ke marmar,
jiwaku memar. Kelopak bunga baobab berguguran dari sembab
mataku. Di kejauhan seluruh masjid bertakbir, para malaikat pulang
ke tabir. Meninggalkan sayap mereka di jalan raya. Aku terikat
di tempatku. Para filsuf menyebutnya dunia, aku menyebutnya penjara
atau puisi atau jalusi musim semi. Seseorang dengan sinaran berputar
di lingkar kepalanya menjadi kekasihku yang setia,
dan pada suatu senja minggat begitu saja. Aku patah. Jatuh
sakit dan ginjalku lemah. Aku menunggu, tidak, aku tidak menunggu,
aku menunggu, tidak, mustahil aku menunggu, aku menunggu,
tidak, ia muskil kembali, ia mungkin kembali. Wajah yang memukau
menyelundup dalam mimpiku. Bagai hujan rusuh menghunjam
lebuh kemarau. Di hari yang lain pusar di lidahku diliput
lumut, dan mulutku pun bisu. Biji gandum liar
berjatuhan dari lubang hidungku, disemaikan angin
ke seluruh penjuru. Aku kini buta dan menanti. Bersandar
di kursi malas seharian, setelah itu berminggu-minggu,
kemudian berbulan-bulan. "Dungu!" suara asing berbisik
di telingaku, "segala sesuatu berubah. Waktu tidak berlari
ke punggungmu. Duduk manislah di situ, kenangkan perbuatan
santun masa mudamu. Kutuklah pawai, juga partai,
atau apa pun sesukamu." Sayang, sayang, jangan menuduhku
pencaci dan mendakwaku Mephisto atau Samiri. Bukan, sayang,
bukan. Namaku tak jadi beban. Aku bukan Aaron,
bukan setan. Aku pencinta wajah yang pernah datang dan hilang
meninggalkan untaian manik cahaya, seperti lira Orfeus bagi madah
Eridike yang nestapa. Aku makanan dalam ususmu,
keluhan dukalaramu, aku retina dalam matamu. Hanya kudengar
desir angin. Maka kepadanya aku berkata: "Kunjungilah negeri
terjauh. Temukan dia untukku." Akan kutanggungkan
kesedihanku merangkum ranum senyum itu.
1999-2001
Efrosina, pertama kali diterbitkan Orfeus Books (2002) sebanyak 1.000 (seribu) eksemplar. Cetakan kedua diterbitkan PT Cakrawala Budaya Indonesia (2005) sebanyak 10.000 (sepuluh ribu) eksemplar. Cetakan ketiga dipublikasikan Sastra Digital (2013) dan dicetak/diterbitkan Createspace dan didistribusikan Amazon. Ini adalah An Authorized Digital Edition yang dipublikasikan Penerbit Buku Sastra Digital pada 1 November 2020. Edisi ini menyertakan catatan esais Ach. Nurcholis Majid yang esainya tentang buku puisi Efrosina (cetakan kedua) terpilih sebagai pemenang tingkat nasional LMKS (Lomba Mengulas Karya Sastra) yang diselenggarakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2010 dengan Dewan Juri yang diketuai Prof. Dr. Suminto A. Sayuti. Lukisan sampul adalah foto lukisan karya Dr. Supriatna.
Cecep Syamsul Hari adalah seorang penyair, penulis esai, editor, dan penerjemah sejumlah buku. Ia anak pertama dari sembilan bersaudara (dua di antaranya meninggal sewaktu kecil). Ia belajar tentang kebahagiaan spiritual, kebersahajaan hidup, dan kecintaan terhadap sastra, seni, dan musik dari Ayahanda dan Ibundanya. Selama lebih kurang tiga belas tahun Cecep bekerja sebagai Redaktur Majalah Sastra Horison, dan karena pekerjaannya itu antara tahun 2000 –2013 ia rutin pergi pulang Bandung-Jakarta. Antara tahun 2006 – 2015, ia pernah menjadi sastrawan dan penerjemah tamu di Korea Selatan (Korea Literature Translation Institute), Malaysia (Rimbun Dahan Arts Residency), Hongaria (Magyar Forditohaz/Hungarian Translators House), Ceko (Kedutaan Besar RI di Praha), Australia (Bundanon Arts Residency dan University Technology of Sydney), dan penyair tamu di China (Xian-xi Writers Association). Ia adalah pendiri Anugerah Puisi CSH (CSH Poetry Award).
Official website: https://www.