Bersuci karena Kanjeng Nabi Saw; bershalat karena Kanjeng Nabi Saw; berpuasa karena Kanjeng Nabi Saw; bersedekah karena Kanjeng Nabi Saw; memuliakan orang tua karena Kanjeng Nabi Saw; menyayangi anak dan istri serta sanak kerabat dan teman sahabat karena Kanjeng Nabi Saw; menikah karena Kanjeng Nabi Saw; junub karena Kanjeng Nabi Saw; makan dan minum karena Kanjeng Nabi Saw; berbisnis dan bekerja karena Kanjeng Nabi Saw; istirahat dan tidur karena Kanjeng Nabi Saw; berjalan karena Kanjeng Nabi Saw; berdiri karena Kanjeng Nabi Saw; duduk karena Kanjeng Nabi Saw; berbaju bagus karena Kanjeng Nabi Saw; mendengarkan musik dan lagu karena Kanjeng Nabi Saw; bercanda karena Kanjeng Nabi Saw; traveling karena Kanjeng Nabi Saw; menyimak curhat kawan atau saudara karena Kanjeng Nabi Saw; membaca dan menulis karena Kanjeng Nabi Saw; dst.Segalanya, semuanya, seluruhnya, dikarenakan terbekahinya cinta di hati kita kepada Kanjeng Nabi Saw.
Bila sekeping hati telah dikebaki terima kasih, bangga, gembira, dan bahagia kepada Kanjeng Nabi Saw, tepat seketika Allah Ta’ala bertahta di dalam hati yang sama.
Allah Ta’ala dan Kanjeng Nabi Saw adalah satu kesatuan (“sepaket”); pada suatu pengertian dapat dipahami Satu Wujud—Ahmad tanpa Mim adalah Ahad.
Isyfa’ lana ya RasulaLlah!