Sungguh tidak pernah terbayang olehku, malapetaka mulai membayang. Dia yang kuanggap seperti adik kandung, ternyata menikam dari belakang.
Haruskah aku terisingkir dari rumahku sendiri? Haruskah aku yang pulang kampung dengan sorang bayi merah di pelukan?
Tidak! Aku akan pertahankan rumah tanggaku. Jika memang harus gagal, maka kupastikan kedua durjana itu akan hancur di tanganku.
Aku pasti bisa. Aku bukan perempuan lemah yang hanya bisa pasrah saat miliknya dicuri. Aku tidak akan diam saat cinta dikhianati.
Kupastikan keduanya akan menangis darah.