Green Folklore

· ·
· Universitas Brawijaya Press
5,0
1 avis
Ebook
196
Pages
Les notes et les avis ne sont pas vérifiés  En savoir plus

À propos de cet ebook

Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru adalah destinasi wisata yang mendunia karena eksotika lanskap alamnya. Deretan pe-gunungan yang menawan, kaldera Gunung Bromo yang menantang, dan hamparan lautan pasir maha luas yang memesona menjadi satu kemasan wisata yang lengkap dan menarik. Tidak hanya pemandangan alamnya, di dalam wilayah Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru juga dapat ditemukan komunitas masya-rakat indigenous yang hidup damai dan bersahaja. Komunitas yang  dimaksudkan adalah Wong Tengger. Wong Tengger adalah petani tradisional yang bertempat tinggal di dataran tinggi Teng-ger yang setia menjalankan tradisi warisan nenek moyang mereka. Lanskap kultural yang dibentangkan masyarakat tengger melengkapi lanskap ekologis Tengger sebagai sedikit wilayah di Nusantara dengan potensi luar biasa lanskap saujana.

Sebagai pusaka saujana, Tengger kaya akan teks folklor di samping potensi alamnya. Folklor Tengger secara potensial memuat nilai-nilai kearifan lingkungan. Nilai-nilai ini menyiratkan pesan ekologis bahwa (i) penghormat terhadap alam (respect for nature) merupakan pintu awal upaya penyelamatan lingkungan; (ii) solidaritas kosmis (cosmic solidarity) menjamin harmoni relasi manusia-alam Tengger; dan (iii) bencana alam disikapi sebagai bentuk ketidakseimbangan alam yang dipicu oleh perilaku salah masyarakat Tengger, sebagai pertanggungjawaban terhadap alam (moral responsibility for nature) diselenggarakanlah slametan.

Slametan menjadi ritus pemulihan ketidakseimbangan kosmis. Bagi masyarakat Tengger, bencana bukanlah semata-mata hal mencelakaan yang harus dihindari, tetapi lebih merupakan permasalahan yang harus diselesaikan, sebuah jawaban atau respon atas apa yang manusia Tengger lakukan. Slametan secara nyata menjadi jantung konservasi lingkungan Tengger.

Notes et avis

5,0
1 avis

Quelques mots sur l'auteur

Sony Sukmawan, terlahir di tengah keluarga sederhana di Sumberawan, sebuah desa di Lereng Gunung Arjuna. Ayahnya, Pak Nadi (Almarhum), seorang pelindung alam (forest ranger), secara perlahan tapi pasti telah meletakkan pondasi kuat untuk hidup dekat dengan alam. Hampir setiap bulan sekali, beliau mengajak serta menjelajah rimba Arjuna, untuk menunjukkan dengan sumringah jejak-jejak kaki rusa, macan, dan babi hutan, mencatat lengkap jumlah dan lokasi pohon tumbang maupun ‘ditumbangkan’ di sepanjang jalan, mendengar waspada berbagai suara binatang hutan hingga suara kapak membelah kayu, menyita dengan bijaksana senapan angin pemburu serta golok, kapak, gergaji para pembalak yang tertangkap tangan. Ragam impresi pengalaman masa lalu dalam berkomunikasi dengan alam Arjuna ini telah memengaruhi kehidupannya, termasuk kehidupan akademisnya. Impresi ini secara kuat mengarahkan penulisan disertasi doktoralnya Kearifan Lingkungan dalam Sastra Lisan Lereng Arjuna di Universitas Negeri Malang tahun 2013. Pada saat yang sama, ketertarikannya terhadap sastra mulai menemukan fokusnya pada sastra lisan, folklor, dan tradisi lokal. Ketertarikannya terhadap sastra, sastra lisan, seni tradisi dan folklor ditunjukkan dalam karya tulis ilmiahnya di beberapa jurnal ilmiah, presentasi ilmiah, dan sejumlah penelitian.
Penelitian terakhirnya tentang tradisi lisan telah terpublikasi dalam buku ‘Karya UB untuk Anak Negeri 2013’. Selanjutnya, ia menulis sejumlah karya yang tetap terinspirasi dari keluarbiasaan alam Arjuna hingga terbitlah buku Sastra: Lingkungan (2015). Buku yang ditulisnya satu tahun kemudian (2016), Ekokritik Sastra, adalah eksplorasi lebih luas ragam tradisi lisan, sastra lisan, hingga sastra kontemporer dengan berbagai potensi kearifan lokal, utamanya kearifan lingkungan. Akhirnya, peluang pendanaan riset Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP) dari pemerintah betul-betul dimanfaatkan penulis untuk merangkai-ulang sudut-sudut tersembunyi di balik kemegahan lanskap ekologi Tengger.

Maulfi Syaiful Rizal, lahir pada 21 November 1987 di salah satu desa terpencil di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Berasal dari keluarga sederhana dan berlatar kependidikan yang kuat. Lahir dari Bapak Drs. Sutrisno seorang guru agama dan Ibu Siti Hayatun seorang ibu rumah tangga yang telah banyak memberikan bekal untuk menjadi seorang pendidikan. Pendidikan S1-nya diselesaikan di Universitas Negeri Surabaya pada tahun 2009 kemudian langsung melanjutkan studi S2 di universitas yang sama dan lulus pada tahun 2012. Ketertarikannya tentang pembelajaran sastra dimulai ketika mengenyam pendidikan S1 dan S2 yang mengambil tugas akhir yang terkait dengan sastra, terutama pembelajaran dan penelitian tentang sastra. Hal tersebut berlanjut ketika menjadi dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya yang diberi tanggung jawab untuk mengampu matakuliah Pengantar Sastra Indonesia, Apresiasi Puisi, Menulis Kreatif Puisi, dan Apresiasi Prosa. Minat pada bidang sastra ditunjukkannya dengan melakukan beberapa penelitian baik yang terkait dengan sastra maupun folklor secara umum. Pada tahun 2018 ini, penelitian yang dilakukan mengambil topik kajian struktur cerita rakyat yang berbasis rawa di daerah Tulungagung dan pada tahun 2017 terlibat dalam penelitian Riset Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP) yang lebih mendalami tradisi lokal yang ada di Suku Tengger.

Terlahir dengan nama Mochamad Andhy Nurmansyah. Pengajar yang saat ini aktif di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya memilih untuk menggeluti bidang kajian sastra, media dan budaya. Pengajar yang akrab dipanggil Andhy ini, mengawali karir di lingkup akademis sejak 2001 setelah menamatkan pendidikan sarjana dalam bidang sastra Inggris. Setelah menyelesaikan program master pada tahun 2007, ia mulai mengambil fokus pada ruang kajian sastra lisan atau folklor dan media. Dalam sepuluh tahun, Ia mendedikasikan perhatian akademisnya untuk memahami beragam fenomena fokloristik yang terejawantah dalam konstruksi kehidupan masyarakat yang ter-“mediasi” saat ini. Ketertarikannya pada ruang-ruang folklor dan kehidupan media kontemporer menjadikannya sebagai salah satu pengajar di Fakultas Ilmu Budaya UB yang secara intens melakukan kajian dan penelitian terhadap hal tersebut. Dimulai dari kajian living foklore hingga konstruksi fokloristik dalam program media TV mainstream dan film di Indonesia. Rekam jejak penelitian tentang konstruksi fokloristik dan media yang cukup intens digeluti olehnya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir adalah tentang entitas Tengger. Ketertarikan untuk melakukan pembacaan ulang atas fenomena folkloristik masyarakat Tengger yang faktual terus “mewarnai” lanskap kehidupan masyarakat “kontemporer” Indonesia hingga saat ini (khususnya di bentang adminstrasi Malang – Lumajang) menjadikan entitas Tengger menarik untuk terus ditelaah dari beragam aspek keberadaannya. Anak pertama dari dua bersaudara ini yang terlahir dari Ayahnya (Subandi) dan Ibunya (Laily Nuraisijah) pada tahun 1977 ini saat ini tinggal di Malang dengan istri dan dua orang putrinya. Bersama beberapa staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya, Ia mencoba mengelola kelompok kajian yang berfokus pada folklor dan media yang terinterkoneksi dalam lanskap kehidupan masyarakat kontemporer di Indonesia.

Attribuez une note à ce ebook

Faites-nous part de votre avis.

Informations sur la lecture

Téléphones intelligents et tablettes
Installez l'appli Google Play Livres pour Android et iPad ou iPhone. Elle se synchronise automatiquement avec votre compte et vous permet de lire des livres en ligne ou hors connexion, où que vous soyez.
Ordinateurs portables et de bureau
Vous pouvez écouter les livres audio achetés sur Google Play en utilisant le navigateur Web de votre ordinateur.
Liseuses et autres appareils
Pour pouvoir lire des ouvrages sur des appareils utilisant la technologie e-Ink, comme les liseuses électroniques Kobo, vous devez télécharger un fichier et le transférer sur l'appareil en question. Suivez les instructions détaillées du centre d'aide pour transférer les fichiers sur les liseuses électroniques compatibles.