Namun, dari segala sisi, Soeharto-lah manusia tersukses yang lahir dari rahim angkatan bersenjata kita.
Sepanjang masa revolusi, karier Soeharto boleh dibilang tak menonjol. Bahkan, ia tak terlihat sama sekali ketimbang Abdul Haris Nasution dan Ahmad Yani, misalnya.
Tetapi, sejarah selalu menampilkan sisinya yang mengejutkan. Tragedi politik 1965 adalah pintu masuk ajaib bagi Soeharto untuk mendapatkan semuanya.
Sepatu larasnya melintasi genangan darah menuju singgasana kekuasaan di Istana Negara.
Bukan hanya matahariah Sukarno ia bisa padamkan selama-lamanya, tetapi ia bisa menggenggam kekuasaan selama tiga dekade.
Wajah Indonesia sejak 1969 saat ia pertama kali dilantik pertama kali sebagai presiden dan berakhir pada 1998 adalah sepenuhnya rajah telapak tangannya.
Di bawah rajah dan titahnya, serdadu yang loyal kepadanya bisa leluasa masuk di semua sektor publik.
Kebebasan bersuara memang ditekan habis-habisan karena kestabilan dan ketertiban dinaikkan. Untuk apa? Demi pembangunan.
Politik dikontrol sedemikian rupa tiada lain demi pembangunan dan pembangunan dan pembangunan. Tak salah kemudian, frase "pembangunan" menjadi identik dengan Soeharto.
Soeharto adalah Bapak Pembangunan Indonesia.*