Misteri Rumah Baru

"Papa yakin mau pindah ke rumah menyeramkan ini?" tanya Intan sembari mengamati ke sekeliling rumah bertingkat dua bernuansa mistis di hadapannya.

"Ya, mau bagaimana lagi? Terpaksa," jawab Heru. Detik kemudian pria setengah baya itu menghela napas panjang. Matanya memonitor sekitar. Mengamati apa saja yang perlu diperbaiki. Lantas membuka gerbang yang kebetulan tidak digembok. Hanya kuncinya saja yang dikaitkan dan bisa dibuka dari luar.

"Pa, nanti catnya kasih yang warna cerah biar kesan horornya ilang." Riko--kakaknya Intan memberi saran.

"Sudah Papa pikirkan," sahut Heru seraya merangkul bahu putra sulungnya itu. Keduanya lantas berjalan menuju teras. Diikuti oleh Riyanti istrinya, Intan anak keduanya dan Aldo si Bungsu.

"Ayo Pa, Ma, Kak, kita masuk. Aku mau lihat dalamnya kayak apa?" rengek Aldo sambil menarik-narik lengan mamanya.

"Sabar, Sayaaang!" sahut Riyanti lembut.

"Sabar ya, kuncinya masih ada di tangan Om Hendri," timpal Heru sambil mengusap pucuk kepala anak bungsunya itu.

"O, iya, Om Hendri mana sih, kok belum dateng-dateng, Pa?" tanya Riko tak sabar.

"Mungkin masih di jalan. Sebentar lagi sampek. Kita tunggu saja di sini," papar Heru.

Riko lantas sibuk berfoto dan membuat konten bersama Aldo. Heru dan Riyanti berunding mengenai renovasi rumah tersebut. Keduanya asyik berbincang tentang tanaman apa saja yang nantinya akan di tanam di taman depan, samping dan belakang.

Sedang Intan, ia masih berdiri di tempat semula, melipat tangan di dada. Kepalanya celingukan ke sana kemari. Gadis 18 tahun itu merasa tidak nyaman. Ia merasakan hawa yang panas dan aura negatif.