"Astagaaaaa, bociiiiiil! Apa yang kamu lakukan?!"
"Nyari CD, Mbak," jawabnya enteng sambil terus mengobrak-abrik tumpukan baju yang semula terlipat rapi di dalam lemari. Kini sebagian besarnya menghambur di lantai dan di atas kasur. Aku menghela napas panjang, badanku merosot dan terduduk di lantai. Lemas. Duduk berselonjor kaki di ambang pintu, menatap lesu ke arah pakaian yang berserak.
"Lah, kok malah selonjoran di situ to, Mbak? Sini bantuin nyari sempaknya, dong! Katamu aku harus nyari kerja. Ntar kesiangan loh, akunya."
Rasanya pengen nangis guling-guling di lantai melihat penampakan menyesakkan dada itu. Hufh, rasanya pengen balikin aja itu si bocil ke tempat asalnya.
"Kan udah kubilang kalo mau ambil baju atau celana itu gak gitu caranya. Kenapa gitu lagi dan lagiiii, bociiiiiil!"
Dia nyengir, mantengin kamar yang sudah bak kapal pecah. Garuk kepalanya, yang aku yakin gak gatal.
"Hehehe, maap, lupa," katanya sambil cengengesan.
"Pokoknya gak mau tau ya, beresin semua pakaian itu. Kembalikan ke tempat semula!"
"Asyiap, Mbak!" balasnya sambil hormat. Aku berdiri, siap kembali ke dapur.
"Eh, Mbak, tunggu dulu!"
Aku berbalik menghadapnya lagi, urung mengayunkan langkah. "Ada apa lagiiii?"
"Celana dalamnya mana?"
Aku tepuk jidat. "Auk! Dimakan curut kalik!"
"Mbak!"