Sebab dia adalah musuh terhebat manusia. Dia terbilang sulit untuk dikalahkan. Seseorang yang belum selesai berurusan dengan dirinya sendiri, pastinya sulit untuk bisa peduli dan memberi manfaat untuk orang lain.
Tidak Percaya?
Banyak yang tidak menyadari bahwa konflik batin adalah permasalahan vital yang sering terabaikan.Sejauh mana diri kita bisa menereima diri sendiri, maka sejauh itulah kita bisa berdamai dengan kenyataan. Orang-orang yang sudah berdamai dengan diri sendirilah yang mampu menjalani kehidupan yang penuh tuntutan ini dengan lebih tenang.
Coba telaah lagi dirimu sambil membaca buku ini, di sana ada banyak harta karun yang terkubur karena dirimu sendiri.
Muthia Sayekti, lahir di Semarang tanggal 12 Desember 1993 dan terdidik di kota
kecil bernama Surakarta. Lulusan Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret (UNS)
Solo ini sudah menyukai dunia bahasa, baik secara lisan maupun tulisan sejak kecil. Ia pernah dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi Fakultas Sastra UNS dan sempat mendapatkan kesempatan untuk belajar tentang Mass Media dalam program Jenesys 2.0 di Tokyo dan Kobe, Jepang. Saat buku ini ditulis, ia masih menjadi pengajar bahasa di sebuah sekolah swasta di sebuah desa di daerah Juwiring, Klaten, Jawa Tengah.
Ia mulai benar-benar menekuni dunia literasi sejak bergabung dalam Komunitas SOTO BABAT asuhan dari penulis kenamaan Nassirun Purwokartun. Lalu ia mulai terlibat dalam redaksi Majalah EMBUN binaan LAZIS Jawa Tengah sejak 2014. Tulisan antologi pertamanya pernah dimuat dalam buku “Mengeja Cahaya Surga” dan selanjutnya menjadi penulis dalam serial “Cahaya” terbitan Rubaiyat. Jika ingin membaca lebih banyak tulisan dari Penulis, para pembaca bisa berkunjung ke: http://kombinasiilusi.tumblr.