Otonomi Perguruan Tinggi: Suatu Keniscayaan

· Yayasan Pustaka Obor Indonesia
5,0
2 umsagnir
Rafbók
352
Síður
Einkunnir og umsagnir eru ekki staðfestar  Nánar

Um þessa rafbók

Universitas adalah kekuatan moral, tempat produksi dan reproduksi ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Universitas adalah “rumah”, bagi  para ilmuwan untuk mempertimbangkan masa depan umat manusia, yang akan sangat bergantung pada perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Ilmuwan membutuhkan kebebasan akademik untuk dapat berkarya dan berinovasi, agar dapat luasnya seluas-luasnya menyumbangkan dirinya kepada kemajuan ilmu, berkontribusi kepada kemanusiaan, sekaligus menegakkan martabat bangsa dalam pergaulan masyarakat  dunia. Kebebasan akademik hanya didapatkan dalam perguruan tinggi yang memiliki otonomi, karena makna otonomi bagi perguruan tinggi bersifat kodrati, menjadi roh bagi ilmuwan dalam menghasilkan puncak-puncak karyanya.

Di Negara-negara lain, tampak bahwa perguruan tinggi yang memiliki otonomi menghasilkan karya-karya akademik berupa penelitian, publikasi yang berkualitas, inovasi yang hebat dalam berbagai bidang kehidupan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Negara sangat mendukung sepenuhnya pembiayaan penyelenggaraan perguruan tinggi. Namun Negara sama sekali tidak mencampuri urusan perguruan tinggi, dalam bidang akademik maupun non akademik. Fungsi Negara yang terutama ialah steering, melakukan pengawasan dan meregulasi, untuk memastikan bahwa perguruan tinggi bisa  mencapai prestasi setinggi-tingginya, dan bukan mengintervensi. 

Otonomi mensyaratkan tata kelola, keduanya bagaikan dua sisi dari keping uang yang sama. Di dalam tata kelola perguruan tinggi disyaratkan akuntabilitas, transparansi, check and balance. Publik harus dapat mengawasi penyelenggaraan perguruan tinggi, antara lain melalui organ universitas tertinggi  (The Trustee Body), dan dapat mengirimkan wakilnya dalam organ tersebut. Apabila semua persyaratan tata kelola itu tidak terjadi, maka berarti otonomi telah disalahgunakan.

Di Indonesia, para ilmuwan masih berada dalam tahap memperjuangkan otonomi. Negara, cq pemerintah, bahkan terkesan membatasi para ilmuwan dengan menarik perguruan tinggi menjadi bagian dari birokrasi pemerintah, melalui berbagai instrumen hukum dan kebijakan. Padahal, menurut pendiri bangsa kita (Mr. Soepomo), hal itu justru akan membinasakan semangat akademik, dan menghalangi perkembangan perguruan tinggi, untuk turut menjadi sokoguru kemajuan bangsa. Sementara itu, dalam masyarakat berkembang pula salah pengertian yang menyamakan otonomi dengan “privatisasi”, “komersialisasi” pendidikan.

Bila menghendaki kemajuan bangsa dan ketahanan bangsa untuk menghadapi problem masa depan dalam bidang pangan,  kesehatan, energi, lingkungan, sumber daya alam, ekonomi, hukum, sosial dan budaya, maka otonomi perguruan tinggi harus didukung oleh Negara, dunia industry, dan masyarakat luas. 

Buku ini terdiri dari kumpulan tulisan  berisi pemikiran yang bernas dan kepedulian yang tinggi terhadap masa depan pendidikan dan bangsa Indonesia, yang ditulis oleh para guru besar dan dosen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.  Para ilmuwan menuliskan buah pemikirannya dalam rangka memperjuangkan otonomi perguruan tinggi. Mereka menguraikan berbagai permasalahan sekaligus pengalaman dan solusinya, dan bertujuan agar masyarakat ilmiah dan masyarakat luas yang ingin memahami seluk-beluk pendidikan tinggi dan perguruan tinggi di Indonesia, dapat mempelajarinya. 

Einkunnir og umsagnir

5,0
2 umsagnir

Um höfundinn

 Sulistyowati Irianto, Guru Besar Antropologi Hukum pada Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. Keahliannya adalah studi plurallisme hukum dan studi gender dan hukum. Menjadi anggota dewan dalam International Commission on Legal Pluralism sejak 2006, dan the Asian Initiative on Legal Pluralism sejak 2004. Visiting professor pada Institute of Social Studies, Negeri Belanda (2011), dan peneliti post doc pada Van Vollenhoven Institute, Universitas Leiden (sejak 2010). Publikasi di antaranya Metode Penelitian Hukum: Konstelasi dan Refleksi (2010), Akses Keadilan dan Migrasi Global: Kisah Perempuan Indonesia Pekerja Domestik di UAE (2011), The Changing Socio-Legal Position of Women in Inheritance: A Case Study of Batak Women in Indonesia dalam Yoko Hayami et.al, The Family in Flux in Southeast Asia: Institution, Ideology, Practice. Kyoto Univ Press-Wilkworm Books (2012)

Gefa þessari rafbók einkunn.

Segðu okkur hvað þér finnst.

Upplýsingar um lestur

Snjallsímar og spjaldtölvur
Settu upp forritið Google Play Books fyrir Android og iPad/iPhone. Það samstillist sjálfkrafa við reikninginn þinn og gerir þér kleift að lesa með eða án nettengingar hvar sem þú ert.
Fartölvur og tölvur
Hægt er að hlusta á hljóðbækur sem keyptar eru í Google Play í vafranum í tölvunni.
Lesbretti og önnur tæki
Til að lesa af lesbrettum eins og Kobo-lesbrettum þarftu að hlaða niður skrá og flytja hana yfir í tækið þitt. Fylgdu nákvæmum leiðbeiningum hjálparmiðstöðvar til að flytja skrár yfir í studd lesbretti.