Keluarga sebagai lingkungan terdekat memiliki pengaruh besar terhadap keperibadian seorang anak. Sehingga cara pengasuhan di dalam keluarga menjadi hal yang sangat penting dipelajari dan diterapkan oleh orang tua. Hal itu perlu dilakukan supaya kelak pada masa tuanya, keluarga dan setiap orang yang mengenal si anak, bisa mencintai dan menyayanginya.
Dalam literatur keislaman khususnya yang dipelajari di pesantren, banyak menawarkan konsep tentang pendidikan anak. Mulai dari cara seorang anak mengurus diri sendiri seperti makan, mandi, berpakaian dan semacamnya, ataupun berinteraksi dengan orang lain seperti cara bersikap, bertutur kata yang baik, dan menjaga diri dari hal-hal yang dibenci oleh lingkungan sekitarnya.
Hingga April 2015, setidaknya ada 5 kasus tertinggi yang dialami oleh anak. Pertama, anak berhadapan dengan hukum tercatat 6006 kasus. Selanjutnya, kasus pengasuhan 3160 kasus, pendidikan 1764 kasus, kesehatan dan napza 1366 kasus serta pornografi dan cybercrime 1032 kasus.
Melihat data tersebut tentu sangat memprihatinkan, anak menjadi korban dan pelaku kekerasan. Mereka anak-anak manusia, yang butuh bimbingan dan perlindungan, butuh pendidikan untuk memperbaiki tatakramanya, dan butuh teladan yang bisa dicontoh dalam berprilaku dan menjaga kesopanannya.
Dalam data KPAI juga nenyebutkan bahwa 78.3 persen anak menjadi pelaku kekerasan sebagian besar karena pernah menjadi korban kekerasan sebelumnya atau pernah melihat kekerasan dan menirunya.
Melihat semua peristiwa itu, maka pada edisi yang ke 45, Majalah Tebuireng mencoba mengangkat masalah perlindungan keluarga terhadap anak. Tema ini diambil karena membaca berbagai kejadian yang menimpa anak–anak Indonesia, yang memerlukan perhatian dan perlindungan yang serius dari berbagai pihak terutama keluarga untuk bisa menghindarkan anak dari tindak kekerasan. Menggugah lingkungan sekitarnya supaya turut serta melindungi dan mendidiknya.
Di sajian utama kami sajikan ulasan beberapa tokoh mengenai masalah ini. Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa mengupas dari sudut pandang pentingnya memahami parenting skill dalam keluarga, merencanakan berkeluarga dan fungsifungsinya, sedangkan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin melihatnya dari sudut pandang peran orangtua dalam memberikan teladan terhadap anak melalui pendekatan keagamaan.
Ulasan tajam Alissa Wahid mengenai persoalan moral anak juga penting dibaca, kemudian penulis artikel popular Evatya Luna juga memberikan ulasan menarik di rubrik Lensa, dan artikel lainnya yang tidak kalah menarik untuk dibaca sekaligus menjadi teman diskusi.
Sebagai informasi, untuk edisi 45 ini Rubrik Telaah Hadis, kami sengaja kosongkan karena masih dalam proses mencari pengganti pengasuh sebelumnya yaitu almaghfurlah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya’qub. Mudah-mudahan kekosongan ini segera terisi lagi. Demikian, dan kurang selebihnya kami ucapkan “selamat membaca!”