Kitab kuning merupakan salah satu komponen penting dari pondok pesantren, lembaga pendidikan tertua di negeri ini. Kitab kuning sangat mempengaruhi corak berpikir pesantren yang akhirnya menjadi jati diri Islam Indonesia. Tanpa adanya kitab kuning, logika akademisi Islam akan kesulitan untuk mencapai pemahaman yang mapan pada sumber pokok agama Islam, yaitu Al Quran dan hadis.
Kalau didata secara keseluruhan, jumlah kitab kuning yang dipelajari di pesantren mencapai ratusan, bahkan ribuan. Untuk itu, Majalah Tebuireng pada edisi kali ini mencoba menelusuri kitab apa saja yang paling berpengaruh di pesantren. Penelusuran ini bertujuan untuk menemukan keunikan cara berpikir yang dimiliki pesantren. Selain itu, hal ini juga dimaksud sebagai cara menyambut Hari Buku Internasional (23 April) melalui pengenalan secara luas khazanah buku/kitab yang dipakai di banyak pesantren.
Tim Redaksi Majalah Tebuireng telah melakukan penelitian sederhana ke 34 pesantren di Jawa dan Madura untuk mengetahui kitab apa yang dipelajari di masing-masing pesantren. Jenis pesantren yang dituju bermacam-macam, mulai dari salaf, semi modern, modern, pesantren tahfidz Al Qur’an, hingga pesantren sains. Empat pesantren tua di Jombang juga dituju, yaitu Tambakberas, Tebuireng, Rejoso, dan Denanyar. Tidak hanya, itu, pesantren-pesantren kecil yang tidak begitu dikenal luas juga berhasil kami gali.
Hasilnya, tercatat 33 nama kitab kuning yang paling banyak dipelajari di pesantren-pesantren itu. Hasil tersebut sayangnya kurang sempurna ketika ingin diklaim sebagai “kitab yang paling berpengaruh”. Sebab, kitab-kitab fenomenal seperti Qurratul ‘Uyun dan Al-Hikam ternyata tidak muncul di urutan 33 teratas. Padahal, kitab tersebut sangat fenomenal bagi masyarakat pesantren. Selain itu, 33 kitab yang muncul di data belum berhasil memotret genre (fan) keilmuan Islam secara keseluruhan, contohnya tidak ada satu pun kitab ber-genre ushul fikih atau mantiq.
Menindaklanjuti hasil penelitian yang seperti itu, Tim Redaksi Majalah Tebuireng sepakat untuk mempertimbangkan beberapa nama kitab yang, walaupun tidak muncul di data yang ada, diakui memiliki pengaruh yang besar bagi kalangan pesantren. Agar tidak merusak hasil penelitian, kitabkitab yang dimunculkan di luar data penelitian itu ditempatkan pada urutan akhir, tepatnya 8 nomor terakhir dari 33 kitab. Selain itu, untuk kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim karya Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari yang muncul di urutan ke-21 dipelakukan agak berbeda, yakni dengan mengulas seluruh karya Hadratussyaikh. Tidak lain, hal itu dilakukan untuk mengenalkan lebih jauh karya-karya beliau.
Walhasil, silahkan simak 33 kitab kuning paling berpengaruh di pesantren versi Majalah Tebuireng! Secara berurutan kitab-kitab itu diulas satu persatu, apa isinya, siapa pengarangnya, dan apa yang menarik darinya. Selamat menikmati!