Lahirlah, organisasi keagamaan NU yang notabene menjadi wadah bagi ulama pesantren dalam upaya untuk membentengi umat Islam khususnya di Indonesia agar tetap teguh pada ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Para Pengikut Sunnah Nabi, Sahabat dan Ulama Salaf Pengikut Nabi-Sahabat), sehingga tidak tergiur dengan ajaran-ajaran baru (tidak dikenal zaman Rasul-Sahabat-Salafus Shaleh/ajaran ahli bid’ah).
Ironisnya, saat ini benteng pertahanan para ulama dalam membentengi umatnya dari pengaruh Wahabi memungkinkan untuk diterobos. Tak pelak, banyak kaum wahabi dengan seribu wajah berada di sekitar kita. Mereka mengikis kekuatan-kekuatan sosial para ulama pesantren khususnya dalam berdakwah. Misalnya, membajak generasi mudanya yang ada di kampus-kampus besar di Indonesia untuk dijadikan kader wahabi. Kemudian, menghiasai dakwah-dakwah berbau wahabi di sosial media. Lantas, bagaimana kita membentengi diri dari pengaruh ajaran Wahabi?
MT pada penghujung tahun 2014 ini, mengusung tema “Membongkar Wahabi-Salafi”. Masyarakat pesantren yang sebagian besar menganut paham Sunni patut untuk memberikan pengetahuan mengenai ajaran wahabi dan penyebarannya khususnya kepada generasi mudanya. Pengetahuan dasar ini penting untuk memberikan pencerahan dan kewaspadaan. Dua sajian utama kami menyajikan tema, Membongkar Salafi dan Wahabi dan Ancaman Gerakan Sempalan di Indonesia. Kemudian, ulasan dari Ket.Aswaja Center Jombang dalam rubrik opini, Keagungan Ahlussunah Wal Jama’ah dan Bantahan Terhadap Mujassimah. Adapun pada halaman belakang ini, Redaksi Pena Santri mengangkat tema mengenai Khazanah Pesantren. Selamat membaca!