Berawal dari sapaan di aplikasi Telegram di tengah malam, berakhir pada perubahan prak - tik pengajaran di Pesisir Selatan. Kok bisa? Selamat malam Pak Bukik Selamat malam Bu. Ada keperluan apa? Begini Pak. Saya tertarik dengan Komunitas Guru Belajar Apa Ibu bersedia menjadi Penggerak Komuni - tas Guru Belajar? Bersedia Pak. Itulah penggalan obrolan saya dengan Bu Rah - miyanti yang mengawali interasi Kampus Guru Cikal dengan rekan guru di Pesisir Selatan. Ke - tika pertama mendengar Pesisir Selatan, terus terang tidak terbayang dimana letak daerah tersebut. Saya menduga di Kalimantan, namun saya sadar dugaan itu keliru ketika mencari di mesin pencari. Cerita praktik pengajaran yang dibagikan di multi kanal (Instagram, Grup Facebook mau - pun Surat Kabar Guru Belajar) rupanya menarik perhatian Bu Rahmi. Beliau baca, pelajari, dan tanya bila perlu. Ketika ada kesempatan, Bu Rahmi pun hadir di Temu Pendidik Nu - santara sejak tahun 2017 (TPN). Hadir di TPN semakin membalikkan pandangan Bu Rahmi tentang praktik pengajaran dan kemerdekaan guru dalam mengajar. Pulang ke daerah, be - liau berupaya mempraktikkan apa yang dipela - jarinya.
Guru merancang proses belajar yang meman - du murid mempelajari pelajaran dan mengem - bangkan minat bakat yang terintegrasi dengan budaya Minang. Budaya Minang menjadi konteks bagi murid Cikal dari jenjang PAUD, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah dalam mempelajari Bahasa Indonesia, Matematika, Sains, Kewarganegaraan hingga Seni Budaya. Hasil belajarnya ditampilkan dalam bentuk pameran dan panggung seni. Tiket masuk pagelaran Playground of Minang dan hasil le - lang karya murid digunakan untuk membiayai aksi sosial. Bayangkan ribuan murid Cikal dari berbagai suku dan agama belajar dan berkon - tribusi tentang dan dalam konteks Budaya Minang. Itulah wujud nyata kecintaan pada Indonesia.
Bukik Setiawan