👉👉 bit.ly/andini-citras 👈👈
📌 Keunggulan Ebook ini:
✅️ Enak dibaca. Karena diproof read dan diedit oleh editor profesional
✅️ Baca dengan keras. Bisa menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
✅️ Teks Mengalir. Lebar margin sesuai dengan ukuran layar hp
✅️ Penyesuaian Font. Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
✅️ Bisa ganti jenis font. Jenis font bisa diganti sesuai selera
✅️ Penyesuaian kecerahan. Bisa menyesuaikan brightness, warna latar belakang dan night light
📌 Daftar Isi
Pengalaman Dian Dipijat Terapi Seks—1
📌 Pratinjau:
Namaku Dian, berusia 21 tahun. Tinggal di Jakarta dan masih kuliah di salah satu PTS. Dari penampakan luar aku termasuk orang yang biasa saja seperti orang lain. Wajah tidak cantik, juga tidak jelek. Bodi proporsional. Satu kekurangan yang aku benarkan, aku sangat takut untuk mengenal cowok, terlebih membayangkan sampai menikah. Ini disebabkan pengalaman kecil dulu yang akibatnya sampai sekarang masih membekas. Sebagai latar belakang, ada baiknya aku menceritakan sedikit pengalaman itu.
Pada waktu masih balita, aku masih tidur satu kamar dengan ke dua orang tua aku, meskipun tidak satu ranjang. Pada suatu malam, selagi tidur aku terbangun mendengar rintihan Mama diselingi oleh bentakan Papa. Mama tampaknya seperti sedang disiksa oleh Papa. Mama ditindih dan dipukul oleh Papa, sehingga Mama nampak sangat kesakitan dan menderita. Semua kejadian itu kuperhatikan tanpa mereka mengetahuinya. Memang tidak terlalu jelas apa yang Papa perbuat terhadap Mama, karena ruangannya remang-remang. Kejadian itu sering terulang lagi, dan aku tidak pernah berani menanyakan kepada Mama atau Papa. Maklum mereka termasuk agak galak, jadi aku juga agak kurang berkomunikasi dengannya.
Setelah menginjak remaja, baru aku mengerti itu adalah hubungan badan. Meskipun itu sudah ku sadari, tapi di bawah sadar tidak dapat ku lupakan rintihan dan erangan Mama serta tindakan Papa yang kasar menindih dan menekan-nekan (memompa) Mama. Mama pasti kesakitan ditindih Papa yang tinggi besar itu. Hubungan suami-istri itu tampak sangat menyakitkan dan membuat perempuan menderita.
***
📌 Sinopsis
Mengalami trauma masa kecil, membuat Dian dingin terhadap pria. Ia bukan lesbi seperti dikira banyak teman kampus, melainkan frigid. Segala upaya sudah ia coba mulai dari menonton film dewasa hingga ke psikiater, namun semuanya sia-sia. Hingga akhirnya ia dipertemukan oleh pijat terapis profesional yang berhasil menemukan titik-titik rangsangan dirinya yang mampu membuat ia mencapai puncak kenikmatan
Ia mulai menyadari kalau dirinya ini sama sekali tidak punya gairah seks. Segala cara sudah ia lakukan, namun hasilnya sia-sia. Akhirnya ia menemukan seorang terapi Seks bernama Erwin. Setelah konsultasi, sang terapis berusaha mencari titik-titik rangsang dengan cara menyentuh, mengusap dan memijit wanita berusia 21 tahun itu.
Apakah usaha Dian ini berhasil? Akankah sang Terapis mengambil kesempatan dalam kesempitan?
*
✍️ Aku tidak bisa mengerti kalau teman-teman bercerita tentang kencan dengan cowok mereka. Di mana nikmatnya berciuman, saling pegang, saling raba, bercumbu dan lain sebagainya. Bagiku seks adalah penderitaan titik. (Hal 5-6)
✍️ Apa-apaann ini Ria?” teriakku. Sambil tertawa dia menjawab, “Enggak apa-apa cuma tes, siapa tahu kamu ini lesbian tanpa kamu sadari sendiri”, katanya ringan. Hasilnya ternyata aku pun bukan lesbi. Betul-betul total frigid 100%. (Hal 11)
✍️ “Dian boleh tetap memakai baju lengkap, boleh juga melepas sebagian atau boleh juga melepas semua dan nanti ditutup handuk. Dian pilih saja yang menurut Dian yang paling bisa membuat rileks. Sekali lagi rileks, santai dan tidak tegang. Itu key-word yang utama”, Erwin menjelaskan itu dengan tenang sekali, layaknya seorang terapis tulen yang sudah profesional. (Hal 17-18)
✍️ “Dian, kalau pas dibelai dan disentuh kamu merasa enak, kamu harus katakan itu. Tidak usah malu. Terapi kali ini memang untuk mencari titik rangsang kamu. Kamu tidak usah malu mengekspresikan kenikmatan itu. Tidak ada yang melarang. Malah itu harus!”(Hal 21)
✍️ Aku sudah bisa menikmati belaian tangan lelaki. Erwin memang dapat dipercaya, karena selama berdua di kamar, hanya tangan dan dengkulnya saja yang pernah menyentuh tubuhku. Itu pun masih dengan dilapisi pakaian, meski seandainya saat diterapi itu ia meminta izin untuk berbuat lebih, dorongan birahiku pasti segera mengizinkan. (Hal 27-28)