-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
----------
Daftar Isi
Terlibat Gairah Asmara Terlarang—1
*
Sinopsis
Sinopsis
Cinlok atau cinta lokasi, adalah momen ketika dua sejoli saling jatuh cinta karna sering bertemu di suatu lokasi. Begitulah yang terjadi antara Budi dan Riri. Meski mereka berdua telah berkeluarga, namun intensnya bertemu disatu ruangan kantor, saling canda dan bercengkerama satu sama lain membuat mereka melupakan pasangan hidup masing-masing.
Riri wanita cantik yang lincah dan manja, ia mendapati keceriaan dari Budi, hal yang tak pernah didapati dari suaminya.
Meski pada awalnya ia agak risih bila Budi bercanda menjurus ke hal-hal yang berbau pornografi, namun beberapa hari terakhir ini ia bisa mengimbangi candaan itu.
Meski pada awalnya ia risih karena tangan Budi suka nakal bergerilya dan suka mencuri-curi kesempatan, namun akhirnya ia justru bisa menikmati dan menantikan kenakalan tangannya Budi, bahkan beberapa kali justru wanita cantik ini yang memancing, menggoda nakal bahkan memulainya. Candaan tangan mereka berdua sudah seperti suami Istri bahkan lebih, mereka berani seperti itu karena di dalam ruangan kantor yang tertutup dan berukuran 8x3 m itu hanya mereka berdua saja yang menempati.
Namun kebersamaan mereka berdua dikantor tidak akan berlangsung lebih lama lagi, karena, Riri akan pindah kerja. Meski kemesraan mereka berdua sudah lebih dari sekadar pegang-memegang bagian tubuh yang sensitif, namun Riri sangat menjaga komitmennya untuk tidak tidur dengan pria selain suaminya. Namun dikondisi seperti ini, kondisi dimana ia mungkin tidak akan bertemu dengan “kekasih” kantornya itu, ia bimbang, karena ia ingin tetap dikenang, ia ingin memberikan “malam spesial” sekaligus malam perpisahan dengan Budi. Akankah Riri memilih untuk tetap setia menjaga komitmennya itu? Atau ia malah larut dalam suasana sedih perpisahan?
*
Pratinjau
Di kantor itu aku baru diterima sebagai pegawai tetap, sebagaimana biasanya proses beradaptasi dan berkenalan dengan pegawai yang lainnya, ada salah satu pegawai wanita yang tadinya sih biasa-biasa saja, tidak menarik perhatianku namanya Riri (bukan nama sebenarnya) dalam perjalanan waktu kami sedikit akrab karena kebetulan dia duduk di samping meja kerjaku.
Dari ceritanya ternyata dia hanya part time karena di rumah tidak ada kerjaan, lagi pula dia baru datang ke Jakarta ikut suami, tubuhnya kecil mungil putih agak sintal aku taksir umurnya baru tiga puluhan lebih dikit, dia selalu memperhatikan setiap gerakku dan suka curi pandang, kalau aku tatap dia tersenyum sedikit menggoda, karena itu aku coba berani bercanda mulai dari yang ringan sampai nyerempet-nyerempet porno, dia selalu menanggapi, suatu saat aku bilang..
“Ri, pergelangan kakimu seksi lho, coba aku pegang boleh enggak”.
“Boleh, kenapa gitu”, jawabnya.
Aku lingkarkan jari tanganku dan kuukur, ternyata jempol dan jari tengahku bisa ketemu dan di belakang mata kakinya ada lekukan yang tegas.
“Wah, gila ini perempuan pasti suaminya beruntung”.
Aku memang pernah dapat info bahwa ciri wanita yang demikian, istilah dengan teman temanku pokoknya tidak habis tiga ribu deh, (saking enaknya) hal ini yang bikin aku ingin mencoba kalau bisa. Kesempatan itu datang waktu dia bilang dia mau mengundurkan diri, aku tawarkan..
“Kita rayakan perpisahan dengan jalan berdua mau enggak”.
Eh, ternyata ia bersedia, lalu sepulang kantor kuajak dia nonton bioskop, aku pilih cerita film yang sepi penontonnya dan memilih tempat strategis, singkat cerita aku cuma sempat nonton seperempat cerita, karena kuberanikan pipiku kusentuhkan ke pipinya yang akhirnya berlabuh di bibirnya, terasa bergetar bibirnya yang tipis dan lembut itu.
Tanganku mulai membelai dan dia diam saja aku tahu dia menahan nafas ketika tanganku mulai mengunjungi sudut cita-cita laki-laki, semula pahanya bertahan tertutup rapat namun renggang juga...