Pada suatu hari, saya berjumpa seorang teman lama. Saya bercerita tentang kondisi kekinian Indonesia. Komentar teman saya ringkas: iki zaman edan (ini zaman gila). Ungkapan yang menunjukkan banyaknya persoalan yang kita hadapi sebagai bangsa. Pernah mendengar hal serupa?
Meski kebanyakan hal yang kita lihat masih sama, namun kenyataannya zaman telah banyak berubah. Dalam 20 tahun terakhir saa, ada banyak hal yang berubah. Dari wartel, menjadi warnet, berubah menjadi ponsel. Dari televisi di ruang tengah, menjadi televisi di kamar tidur, hingga layar di genggaman. Dari lomba bintang radio dan televisi, menjadi Indonesia Idol, berubah menjadi media sosial. Dari aplikasi pencari informasi, menjadi aplikasi hiburan, berubah menjadi aplikasi untuk mendapatkan rezeki. Medium lama tergantikan dengan medium baru yang lebih relevan dan lebih personalisasi.
Pada situasi yang berubah cepat itu kita berbicara mengenai literasi. Apakah literasi akan tetap relevan bila mengabaikan keniscayaan perubahan zaman?
Pada tahun 2019 kita menyaksikan gegap gempita perubahan yang diusung kaum muda, mahasiswa dan pelajar. Perubahan yang jauh berbeda dibandingkan gelombang perubahan sebelumnya, 1945, 1966, dan bahkan 1998- 1999. Pada gelombang perubahan lama, tuntutan bersifat perjuangan hak politik, gerakan 2019 justru mengusung perjuangan hak sipil. Gerakan 2019 memaknai fenomena makro secara personal yang diekspresikan melalui isi poster yang terkesan lucu bagi generasi lama. Gerakan 2019 lebih luwes dengan mengandalkan tokoh-tokoh baru yang dikenal dan mengandalkan media sosial.
Kita sebagai pendidik kemudian tergagap. Apakah perjuangan mereka murni dari mahasiswa dan pelajar? Dari mana mereka tahu isu yang mereka perjuangkan? Mengapa mereka melakukan aksi yang sifatnya anarkis?
Kita memang layak menanyakan tersebut pada pelaku Gerakan 2019. Kita toh juga generasi yang punya rasa ingin tahu. Namun di sisi lain, pertanyaan tersebut bisa juga diajukan pada diri kita selaku pendidik.
Apakah mereka hanya mendapatkan informasi hanya dari guru dan sekolah? Apakah kita sudah membicarakan isu-isu kebangsaan dan kemasyarakatan di ruang kelas dan sekolah? Apakah kita memberi kesempatan pada murid belajar mengenai cara memperjuangkan hak yang tidak anarkis?
Saya yakin kebanyakan dari kita akan menjawab tidak terhadap 3 pertanyaan tersebut. Jawaban yang menyisakan agenda buat kita melakukan perubahan cara pengajaran termasuk pengajaran literasi.
Bagaimana pengajaran literasi yang relevan dan terhubung dengan isu-isu kehidupan sehari-hari? Bagaimana pengajaran literasi yang membantu murid berdaya menjalankan peran sebagai warga negara? Bagaimana pengajaran literasi dapat membantu murid memahami konsep dan memberdayakan konteks untuk melakukan perubahan positif?
Meski tidak sepenuhnya mewakili spektrum pengajaran literasi untuk berdaya, namun bagian ini akan menampilkan sejumlah praktik baik pengajaran literasi yang menjawab 3 pertanyaan di atas. Pengajaran literasi yang membantu murid memahami isu pada konteks kehidupan sehari-hari sekaligus menjalankan peran sebagai warga negara yang berdaya dan produktif.
Mari kembalikan esensi pendidikan sebagai kawah lahirnya berbagai ide dan gerakan perubahan! Mari kita hidupkan kembali literasi untuk perubahan!
Rizqy Rahmat Hani KGB Pekalongan Kampus Guru Cikal IG :@rizqyrahmat FB : Rizqy Rahmat Hani
Suhud Rois KGB Cimahi SD Peradaban Insan Mulia Cimahi IG :@suhudrois FB : Suhud Rois
Idham Sumirat KGB Wonosobo SD N 1 Pagerejo IG :@id_galeria FB : Idham Sumirat
Ina Lina KGB Surabaya Paud Hidayah Surabaya IG :@veenuz027 FB : Lina Ina
Lukman Hakim KGB Pekalongan SMA Islam Pekalongan IG :@uklukhakim FB : Lukman Hakim
Virandy Putra KGB Belitung SMAN 1 Sijuk IG :@virandhyp FB : Virandy Putra
Rizqy Rahmat Hani KGB Pekalongan Kampus Guru Cikal IG :@rizqyrahmat FB : Rizqy Rahmat Hani
Muhammad Abdurrahman KGB Pekalongan Kampus Guru Cikal IG :@mamanbasyaiban FB : Muhammad Abdurrahma
Wilma A.I.S Kailola KGB Jakarta Pusat IG :@wilmakailola FB : -
M. Niamil Hida KGB Pekalongan MI 01 Kranji Kedungwuni IG :@niamilhida FB : Niamil Hida