-> -> bit.ly/andini-citras <- <-
*
Keunggulan Ebook ini:
- Halaman Asli, tersedia header dengan judul bab
- Baca dengan keras, Menjadi audio book dengan dibacakan mesin berbahasa Indonesia
- Teks Mengalir, menyesuaikan ukuran layar
- Ukuran font dan jarak antar baris kalimat bisa diperbesar atau perkecil sesuai selera
- Bisa ganti jenis font
- Warna kertas/background bisa diubah menjadi Putih, Krem, dan Hitam
*
Daftar Isi
Tak Kuasa Menolak Keinginan Henny—1
Henny yang Selalu Memancing Gairahku—23
Henny Terpuaskan 4x—43
Bawa Aku ke Kamar, Rob—69
*
Sinopsis
Diminta bermalam menemani Henny ketika suaminya dinas luar kota, membuat Robby mengetahui kalau istri sahabatnya ini mempunyai nafsu syahwat yang dahsyat. Sayangnya Hariyadi suaminya tidak bisa memuaskan dahaga biologis istrinya, bahkan ia cenderung dingin.
Selaku pria normal, Robby pun tak kuasa menahan pancingan nakal dari Henny, mulai dari mengenakan daster tipis transparan hingga mendesah manja di bahunya, akankah Robby kuat menahan gempuran pancingan-pancingan nakal Henny? antara nafsu dan akal sehat berkecamuk karena ia istri sahabatnya
----------
Pratinjau
Menemani Henny Aku hidup dan berbisnis di kota Denpasar dengan pulaunya yang sangat terkenal di mancanegara, juga dengan pantai Kuta nya yang indah, tempat wisatawan menjemur diri. Aku bergerak dibidang farmasi. Aku punya teman dekat, baik secara persahabatan maupun dalam bisnis. Namanya Har (samaran) dan istrinya cantik, anggun, usianya sekitar 25 thn, biasa dipanggil Henny. Hubungan bisnisku dengan Har dan istrinya berjalan sinergis, karena Har dan Henny bergerak dibidang Alat Kesehatan (Alkes). Aku sering membawa klien/konsumen pada mereka, demikian juga aku sering mendapatkan orderan dari mereka. Setiap Har memberikan orderan sales untukku, Henny selalu menambahkan orderan tersebut, sehingga menguntungkan aku secara value. Hal ini menambah rasa respekku pada Henny, karena dia selalu memperhatikan dan membantu salesku kalau sedang jelek, tanpa sang suami mengeluhkannya. Berjalannya waktu, sekitar 1,5 tahun sejak aku kenal mereka, bisnis kami berdua sukses dan Har mengembangkan usahanya sampai keluar kota, bahkan keluar pulau. Seringkali kalau Har pergi cukup lama, dia selalu menitipkan istri dan anaknya padaku untuk aku perhatikan segala sesuatunya. Karena kedekatanku sudah seperti keluarga sendiri, setiap pesan Har selalu aku perhatikan. Aku akui, bahwa Har sungguh berbahagia memiliki istri yang boleh aku katakan mendekati sempurna, dengan tinggi 167 cm, berat sekitar 49 kg, kulitnya putih mulus, penampilannya lemah lembut dengan sedikit kemanjaan dan di pipinya tak ketinggalan dengan lesung pipitnya. Kesanku bahwa kedua insan ini nampak rukun, damai, karena setiap aku berkunjung ke tempatnya, tak pernah sekalipun sang suami tidak didampingi istrinya dan setiap kali istrinya selalu tidak pernah jauh duduk disebelah suaminya sambil salah satu tangannya menggelayut dipundak sang suami, mesra sekali nampaknya. aku jadi iri dibuatnya. Suatu ketika, Har telepon aku dan berpesan titip anak dan istrinya, karena Har akan ke pulau Kalimantan selama seminggu. “Rob, aku mau ke Kalimantan seminggu, kamu kalau butuh order, langsung aja sama Henny yach, tolong perhatikan juga anak istriku ya”, pesannya. “Okey Har, ngga usah kuatir, akan aku bantu apapun keperluan istrimu”. Seperti biasanya, setiap Selasa aku selalu datang ketempat keluarga har untuk mendapatkan orderan, dan seperti biasa juga bila sang suami tidak ada maka Henny yang menemuiku. “Hay Hen, gimana kabarnya, aku minta orderan nikh, kasih yg banyak ya”, pintaku padanya. “Mau berapa kamu Rob, aku sih siap bantu kamu berapapun kamu minta”, balasnya. Ahh, kalau itu sih aku yakin Henny tahu kebutuhanku, iya ngga?”. Setelah pelanggan sepi dan aku mendapatkan orderan dari Henny, aku akan pamit pulang. “thanks orderannya ya Hen, kalau ada problem, kontak aku aja”, pesanku. Aku langsung tancap kemobil dan membuka pintu. “Robby, Rob, ntar dulu, kenapa sih buru-buru pulang?”, tanya Henny. Belum sempat aku menjawabnya, dia langsung menyampaikan keluhannya. “Rob, itu lho si Raymond (anaknya) agak ngga enak badan, suhu badannya tinggi, dimana yach dokter anak yang bagus, kamu khan tahu?”, katanya. “Oh ada, itu dr. AH di jl.Diponegoro, bagus dokternya”, kataku. “Kamu bantuin aku yach, antarin aku ntar sore”, pintanya. Aku bingung untuk menjawabnya, bingung antara menolong sebagai istri teman baikku dengan perasaan sungkanisasi yang tinggi karena suami tidak ada, kuatir jadi bahan gunjingan tetangganya, apalagi dokter spesialis anak tsb sampai malam selesainya. Henny tahu keraguanku. “Ayolah Rob, please bantu aku. Pegawai dan sopirku jam 05.00 sore khan udah pulang. Apa aku perlu telepon istrimu untuk mintain ijin?”. Karena kasihan anaknya sakit dan dia sendirian tanpa suami, aku iba. “Okeylah, kamu mau telepon istriku atau ngga, terserah. Pokoknya ntar sore jam 16.50 wita, aku jemput kamu yach, jangan terlambat”, jawabku. “Thanks ya Rob, kamu baik banget deh, aku udah siap pasti”, sahutnya. Tepat pukul 16.50 wita aku sudah berada di depan pintu rumahnya. Aku tekan bel rumah dan selang beberapa saat Henny muncul dengan pakaian sederhana. “Ntar ya Rob, tadi ada pelanggan itu lho, aku jadi belum siap kamu datang. Tunggu bentar yach, kamu baca-baca dulu deh”, katanya. “Okey Henny, sampaikan dulu, rias yang cantik biar dokternya naksir ama kamu”, gurauku padanya tanpa ada jawaban darinya. Sekitar 15 menit kemudian, muncul Henny dari balik pintu kamar dengan Gaun yang amboi indahnya. Gaun yang sepantasnya digunakan saat ada pesta atau acara resmi. Aku tertegun akan kecantikannya, kelembutannya dengan mengenakan gaun tersebut. Dengan gaun panjang, putih halus kombinasi bunga-bunga tulip pink didadanya kebawah, aroma parfumnya yang lembut dan pati harganya diatas 1 juta. Dengan sepatunya yang tidak terlalu tinggi (memang Henny body nya sudah tinggi), menambah keanggunan dirinya. “Hey Rob, emangnya kenapa? koq bengong gitu sih? cantik ngga gini?”, tanya Henny. “Aduh, anggun banget lho Hen. sampai aku terpesona. Apa ngga terlalu bagus untuk hanya kedokter anak, Hen?”, saranku padanya. “Karena Robby yang suruh, okey aja aku tukar bajunya. Kalau gitu, kamu tunggu dulu ya Say..”, jawabnya sambil berlari masuk ke kamarnya. Terkejut aku dibuatnya. apa aku ngga salah dengar nikh, sejak kapan Henny panggil aku semesra itu? Memang bukan henny kalau tidak buat hatiku selalu berdetak keras, dag.. dig.. dug..! Kejutan demi kejutan makin membuat aku mengaguminya. Aku sendiri diruang tamu menunggu sang bidadari ganti pakaian. Sudah 2 kali aku dikejutkannya. Lamunanku pada kejutan pertama dengan gaun indahnya, kedua panggilan mesra yang “mungkin hanya boleh ditujukan pada orang yang paling dicintainya”. “Rob, gimana kalau aku pakai pakaian casual gini, masih feminin ngga?”, tanyanya dengan penuh manja sambil menggendong si Raymond (anaknya). Kembali aku tertegun dibuatnya.Dengan jeans ketatnya dikombinasikan atasan tipis warna biru muda, dengan bungabunga kecil warna putih hijau, dibagian bawah bajunya ditali simpul, menampakkan keanggunannya walaupun dengan pakaian gaya apapun. Bisa feminin, bisa juga sensual dengan pakaian casualnya. “Rob, koq diam aja sih, ngga setuju aku casual gini ya?”, tanyanya. “Henny bidadariku, aku sangat setuju 1000% deh, anggun banget kamu”. “Apa, apa kamu tadi bilang Rob, coba ulangi sekali lagi?”, pintanya sambil mendekat dan mencubit perutku sebelah dalam. “Aduh, sakit lho Hen!”, teriakku kecil, karena takut si kecil terkejut.