Surat Kabar Guru Belajar 017 - Merdeka Karena Biasa

· Kampus Guru Cikal
4.0
4 reviews
Ebook
56
Pages
Ratings and reviews aren’t verified  Learn More

About this ebook

“Anak-anak itu malas belajar. Kalau tidak dipaksa, mereka tidak mau belajar”. Keluhan seperti itu sering kita dengan dari orang-orang di sekitar kita. Tapi apakah memang demikian, belajar adalah sesuatu yang harus dipaksakan?

“Anak-anak itu perlu dibiasakan agar kalau besar tidak kurang ajar”

“Anak-anak harus dibentuk karakternya”

“Pembiasaan murid dilakukan agar terbentuk karakter positif”

Pernah mendengar kalimat semacam itu? Dalam beberapa tahun terakhir, kita semakin sering mendengar istilah pembiasaan dalam percakapan sehari-hari di sekolah. Istilah pembiasaan seringkali dikaitkan dengan pendidikan karakter, bahwa tujuan pendidikan bukan sekedar nilai tapi juga pembentukan kebiasaan positif pada murid.

Salah kaprah yang sering terjadi adalah upaya mencari jalan pintas untuk membentuk kebiasaan positif. Apa cara yang mudah? Menuntut anak berperilaku tertentu yang kita anggap positif. Kita menuntut anak-anak bersalaman ketika masuk kelas. Kita menuntut anak-anak membaca 15 menit sebelum pelajaran. Kita menuntut anak-anak antri. Dan banyak lagi tuntutan.

Memang cara mudah itu akan membentuk kebiasaan yang dianggap positif. Anak-anak setiap pagi salaman sebelum masuk kelas. Anak-anak membaca 15 menit di awal pelajaran. Pertanyaannya, kebiasaan semacam apa yang lahir dari proses menuntut? Coba bayangkan bila kita yang menjadi murid, kita yang mendapat sekian banyak tuntutan. Apakah kita merasa nyaman?

Ada sebuah analogi menarik tentang pembentukan kebiasaan. Teori Es Batu namanya yang bermula dari sebuah pertanyaan, bagaimana melakukan perubahan bentuk es batu?

Betul! Es batu dicairkan dulu, dimasukkan ke tempat yang bentuknya kita inginkan, kemudian kita bekukan kembali. Tidak perlu memukul. Tidak perlu menuntut. Es batu berubah.

Teori Es Batu: Cairkan, Lakukan Perubahan, Bekukan Kembali.

Apa jadinya bila es batu diubah sebelum dicairkan? Pecah berantakan. Itu pula yang terjadi ketika kita langsung menuntut perubahan perilaku ke murid. Salaman, membaca 15 menit dan antri memang kebiasaan positif. Meski kebiasaan positif bukan berarti bisa dikembangkan dengan cara menuntut. Memang cara menuntut bisa segera menghasilkan kebiasaan positif, tapi dalam diri murid kebiasaan positif tersebut tidak dipahami secara utuh. Kesadaran murid jadi pecah berantakan.

Upaya mengembangkan kebiasaan perlu diawali dengan “pencairan” kesadaran murid. Percayalah, anak-anak tidak menolak kebiasaan positif, mereka menolak dipaksa, meski pun dipaksa berbuat positif. Penting bagi guru untuk mendiskusikan kepada murid tentang tujuan, cara dan perilaku yang efektif untuk mencapai tujuan tersebut. Ajak anak untuk aktif berpikir yang ditandai dengan perilaku bertanya, berpendapat dan mendebat pendapat. Kebiasaan yang kuat adalah kebiasaan yang dipikirkan.

Setelah dicairkan, fase kedua adalah perubahan. Murid dan guru boleh mengusulkan perubahan kebiasaan, diskusikan dan sepakati. Pastikan murid merasa nyaman dan aman dalam mengajukan usulan.

Terakhir adalah fase pembekuan kembali. Bantu kelas untuk mengingat kebiasaan yang disepakati. Istilah manusia adalah tempatnya lupa dan khilaf itu banyak benarnya. Karena itu penting menampilkan kesepakatan di tempat yang mudah dilihat. Ciptakan kondisi yang kondusif bagi setiap pihak untuk melakukan kebiasaan.

Teori Es Batu itu diperkenalkan oleh Kurt Lewin, seorang psikolog klasik dari Jerman, yang sering dikenal sebagai model perubahan. Meski klasik, tapi Teori Es Batu tetap relevan dipakai hingga sekarang.

Surat Kabar Guru Belajar edisi ini akan banyak mengulas strategi para guru dalam membangun kebiasaan positif di kelasnya. Meski teorinya satu, tapi setiap guru menghadapi tantangan yang berbeda sehingga dibutuhkan beragam strategi. Penasaran dengan berbagai strategi yang unik? Pastikan baca sampai tuntas dan bila bermanfaat, sebarkan ke rekan guru yang lain.

Ratings and reviews

4.0
4 reviews
enang jkrt
March 24, 2023
buku ini cocok buat belajar, membaca, dan cerita.aku kasih bintang 5 karena buat cocok untuk siswa.
Did you find this helpful?
Cici Cici
November 18, 2023
TFT 75. oo j di ci. b. ko ko ko ko ko ko oo oo yu on
Did you find this helpful?

About the author

Panji Irfan SMP Tunas Argo Seruyan Kalteng

IG :@panji26irfan FB : Panji Irfan

Iwan Apriana SMPN 1 Nagreg

FB : Iwan Apriana

Ila Maya Suprapti SDN Maron Wetan 1

IG :@ila_suprapti FB : Ila Maya Suprapti

Tika Awalin

IG :@tika_awalin FB : Tika Awalin

Suhud Rois SD Peradaban Insan Mulia Cimahi

IG :@suhudrois FB : Suhud Rois

Marsaria Primadona Sekolah Cikal

IG :@missmetalguru

FB : Pima Aditya

Ina Lina Paud Hidayah Surabaya

IG :@veenuz027 FB : Lina Ina

Wilma Kailola Sekolah Kembang -Kemang

IG :@wilmakailola

Virandhy Putra SMAN 1 Sijuk

IG :@virandhyp FB : Virandhy Putra

Niamil Hida MI 01 Kranji Kedungwuni

IG :@niamilhida FB : Niamil Hida

Rate this ebook

Tell us what you think.

Reading information

Smartphones and tablets
Install the Google Play Books app for Android and iPad/iPhone. It syncs automatically with your account and allows you to read online or offline wherever you are.
Laptops and computers
You can listen to audiobooks purchased on Google Play using your computer's web browser.
eReaders and other devices
To read on e-ink devices like Kobo eReaders, you'll need to download a file and transfer it to your device. Follow the detailed Help Center instructions to transfer the files to supported eReaders.